Rabu, 17 April 2013

Laporan Praktikum Dslintan Acra 3


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
ACARA 3
PATOGEN TANAMAN


Di Susun Oleh :

            Nama                          : Diah Kartika Sari
            NPM                           : E1J011078
            Dosen Pembimbing   : Ibu Jamilah
            Co-ass                         : Muhamad Ali Alfi
            Hari / Kelompok        : Rabu / 10.00 WIB


LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
20012

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu tahapan yang penting dalam mendiagnosa gejala serangan penyakit tanaman adalah identifikasi terhadap patogen tanaman. Patogen yang diidentifikasi berasal dari pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit. Sampel tanaman yang terserang penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media aseptik buatan. Identifikasi menjadi sangat penting karena pada tahapan tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti untuk pengendalian khususnya untuk uji antagonis ataupun hanya sekedar untuk mengetahui jenis patogen yang menyerang tanaman. Dari hasil identifikasi, dapat diperoleh suatu kesimpulan mengenai jenis patogen yang menyerang tanaman kemudian lebih lanjut upaya tersebut juga dapat diarahkan untuk mempelajari upaya – upaya pengendalian yang tepat untuk mencegah serangan patogen tersebut. Salah satunya melalui uji antagonismu dari jamur antagonis. Hal ini menyebabkan proses identifikasi patogen tanaman menjadi sangat penting untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu, perlu dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tanaman.
Pada penyakit tanaman yang harus diperhatikan tidak per individu, tetapi dalam populasi. Pada umumnya petani/petugas memeriksakan tanamannya kalau menunjukkan gejala yang khas. Namun perlu dibiasakan pemeriksaan dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh, apakah terjadi kehilangan hasil. Dengan demikian perlu dilakukan observasi yang mendalam, tidak hanya terhadap gejala pada tanaman, tetapi juga pada cuaca, media tanah dan hara, air dan bahan kimia yang dipakai, serta cara budidaya.
Tumbuhan parasit, jamur parasit, bakteri parasit, virus, mikroplasma, dan nematode parasit merupakan pathogen tanaman, sedangkan musuh alami pathogen-patogen tersebut dapat berupa jamur, bakteri, virus yang sifatnya hiperparasit bagi pathogen itu sendiri. Berdasarkan jumlah sel per individunya, jamur dibedakan menjadi dua golongan yakni jamur satu sel atau khamir dan jamur benang atau hanya disebut jamur saja. Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal, tidak berklorofil dan berkembangbiak dengan cara membelah diri dan virus merupakan agen penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Dalam beberapa hal diperlukan lup kecil untuk melihat kehadiran struktur patogen. Dalam banyak kasus patogen berukuran mikroskopis, sehingga untuk melihat kehadirannya mikroskop seperti kebanyakan jamur dan bakteri. Jamur dan bakteri sebelum dilihat dibawah mikroskop sering harus diisolasi terlebih dahulu. Virus dan viroid, kehadirannya dilihat dibawah mikroskop elektron. Dalam perkembangannya deteksi patogen memanfaatkan hasil penemuan pada berbagai bidang ilmu dasar sebagai contoh adalah serologi dan uji DNA.
Beberapa patogen yang makroskopis strukturnya dapat dilihat secara langsung pada permukaan tanaman. Golongan gulma seperti tali putri yang menginfeksi banyak tanaman pagar seperti teh-tehan. gulma setan yang menginfeksi tanaman jagung, dan benalu yang banyak menginfeksi pepohonan merupakan contah yang jelas. Beberapa jamur juga menampakan struktur makroskopis pada permukaan pangkal batang pohon yang diserang seperti jamur akar putih pada karet dan jamur lingsi pada pangkal batang kelapa sawit dan berbagai jenis pepohonan.

1.2 Tujuan
            Untuk dapat mengenal dan membedakan diantara kelompok patogen tanaman dengan kelompok lainya dari pengamatan koloni pada biakan dan kerusakkanya.


BAB II
Tinjauan Pustaka
Penyebaran virus dalam tanaman ditularkan melalui vektor serangga, penularan secara mekanis, dan penempelan umbi. Praktikum kali ini membuktikan salah satu cara penyebaran virus dalam tanaman yaitu penularan secara mekanis. Penularan secara mekanis adalah pengolesan cairan yang mengandung virus pada permukaan daun, sedemikian rupa sehingga virus dapat masuk ke dalam sel. Karena virus hanya dapat masuk ke dalam sel tanaman melalui luka, maka digunakan Carborundum untuk menimbulkan pelukaan pada permukaan jaring daun.
Gejala eksternal merupakan gejala penyakit yang kasatmata, yang dapat dilihat secara langsung tanpa bantuan mikroskop. Secara umum, gejala eksternal diakibatkan oleh infeksi primer pada sel yang diinokulasi dan oleh infeksi sekunder akibat penyebaran virus dari situs infeksi primer ke bagian lain dari tanaman inang. Gejala infeksi primer pada daun yang diinokulasi disebut gejala lokal. Gejala tersebut dapat dibedakan dengan jaringan di sekitarnya yang berbentuk bercak. Dalam virologi tumbuhan gejala itu disebut sebagai gejala bercak lokal. Bercak lokal mempunyai ukuran yang beragam dan dapat berupa klorosis karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadinya kematian sel tanaman inang. Namun, virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi dapat pula menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Infeksi yang demikian disebut juga dengan infeksi sistemik dan gejalanya secara umum disebut gejala sistemik. Gejala sistemik yang disebabkan oleh virus pada tanaman inang dapat dibagi menjadi gejala eksternal yang kasatmata dan gejala internal. Namun yang akan kita amati hanyalah gejala eksternal. Gejala-gejala eksternal tersebut antara lain: bantut (stunting) yaitu apabila ukuran tanaman yang terinfeksi virus lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman normal, mosaik yaitu gejala yang menunjukan adanya bagian daun yang menunjukan warna berbeda secara tidak teratur, seperti warna hijau tua yang diselingi dengan hijau muda, bercak cincin yaitu gejala pada bagian tanaman yang terinfeksi dilingkari garis berbentuk cincin yang merupakan sel yang terinfeksi, layu (Wilting) yaitu gejala yang sering diikuti oleh kematian tanaman seperti tanaman yang terinfeksi virus, akibat dari nekrosis pada sistem pembuluh tanaman, malabentuk daun yaitu menimbulkan perubahan sitologi sel tanaman, seperti bentuk dan ukuran kloroplas, penggumpalan kloroplas, berkurangnya jumlah klorofil total daun, serta terjadinya penumpukan karbohidrat pada daun.
            Pathogen dapat berupa tumbuhan parasitik, jamur parasit, bakteri parasit, virus, mikoplasma, dan nematode parasit. Patogen menghasilkan keturunan yang sangat banyak di dalam proses reproduksinya, terutama cendawan, bakteri, dan virus. Disamping itu banyak patogen tanaman mempunyai siklus hidup yang singkat sehingga mampu menghasilkan banyak generasi di dalam satu musim pertanaman. Patogen semacam ini bersifat polisiklik (beberapa generasi dalam satu musim pertanaman) seperti penyebab penyakit karat, bercak-bercak dan hawar daun yang paling banyak dilaporkan menimbulkan kerusakan yang tiba-tiba dan dalam skala besar. Beberapa patogen tular tanah seperti Fusarium dan Verticillium dan nematode pada umumnya hanya mempunyai 1 sampai 4 generasi dalam satu musim pertanaman. Patogen semacam ini jarang menimbulkan epidemic yang dahsyat pada satu musim pertanaman karena kemampuan reproduksinya yang rendah dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan menyebarnya yang terbatas. Epidemik yang ditimbulkan oleh patogen tular tanah biasanya bersifat lambat dan terbatas cakupannya.
Beberapa jenis patogen membutuhkan sepanjang tahun untuk menyelesaikan satu siklus hidup (patogen monosiklik), sehingga hanya menyelesaikan satu siklus penyakit dalam setahun. Inokulum terakumulasi dari tahun ke tahun, sehingga epidemic membutuhkan waktu tahunan untuk berkembang.
Ada pula patogen yang membutuhan waktu dua tahun atau lebih untuk menyelesaikan siklus idupnya, misalnya penyakit karat cedar apple (2 tahun), penyakit blister rust pada pinus putih (3-6 tahun), dwarf mistletoe (5-6 tahun). Patogen semacam ini menghasilkan inokulum dan menyebabkan serentetan infeksi dalam satu tahun hanya karena adanya generasi tumpang tindih (generasi polietik). Banyak patogen seperti cendawan dan tumbuhan tingkat tinggi (benalu) menghasilkan inokulumnya (spora atau biji) pada bagian permukaan dari kanopi tanaman. Dari sana spora dan biji dapat menyebar dengan mudah ke tempat jauh dan menyebabkan epidemic yang luas. Patogen lainnya seperti bakteri, mikoplasma, virus, dan protozoa memperbanyak diri di dalam jaringan tanaman. Patogen semacam ini tidak akan menyebar tanpa bantuan vector.
Berbagai penyakit penting yang sering menimbulkan epidemic pada area yang luas menyebar atas bantuan vector, misalnya virus ditularkan oleh aphid, mikoplasma oleh wereng. Cendawan (Dutch elm disease), bakteri (layu kubis), dan nematode (layu pinus) ditularkan oleh kumbang. Patogen yang menular melalui air dan angin (terutama cendawan dan bakteri) hampir setiap tahun menyebabkan epidemic yang berat namun pada umumnya terbatas area cakupannya (pertanaman, desa). Patogen yang terbawa benih atau bahan perbanyakan vegetatif (umbi) jika ditanam pada pertanaman dengan varietas rentan, maka besar kemungkinan akan terjadi eidemik dalam pertanaman tersebut, namun tergantung bagaimana efektifnya penyebaran patogen terseut dari tanaman sakit ke tanaman sehat di sekitarnya. Akan tetapi patogen tular tanah pada umumnya tidak mampu menyebabkan epidemic yang seketika dalam luasan area yang besar karena adanya keterbatasan di dalam penyebarannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh pathogen tanman, seperti:
1.Jamur (fungi)
Jamur adalah organism yang sel-selnya berinti sejati (eukariotik) biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof, absortif dan membentuk beberapa macam spora.
Berdasarkan jumlah sel per individunya,jamur dibedakan menjadi dua golongan yakni jamur dengan satu sel atau khamir (yeast) dan jamur beneng atau hanya disebut jamur saja. Bagian vegetative parasit biasanya berupa benang-benang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Hifa bercabang atau tidak, tebalnya dapat kurang dari 0.7 µm- 100 µm ( pada beberapa saprolegniales). Demikian pula seluruh miselium mungkin hanya merupakan dan mempunyai panjang beberapa µm, tetapi dapat pula membentuk lapisan atau benang-benang besar yang panjangnya bermeter-meter. Miselium kebanyakan jamur adalah hialin (tidak berwarna). Jika berwarna, maka ini mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan melanin yang kebanyakan terikat pada dinding sel. Hifa yang membentuk konidium atau yang melindungi alat-alat perkembangbiakan kebanyakan berwarna kelam.
Pada prinsipnya hifa jamur dibedakan menjadi hifa senotisis (coenocytis) atau hifa tidak bersekat dan hifa seluler atau hifa bersekat. Hifa tidak bersekat terdapat pada jamur-jamur klas Phycomycetes dan hifa bersekat terdapat pada jamur-jamur klas Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Klasifikasi Jamur
• Zygomycota
Zygomycota adalah jamur yang disebut demikian karena reproduksinya menghasilkan zigot. Cirinya adalah sebagai berikut:
1. Hifanya tidak bersekat
2. Intinya haploid
3. Berbentuk benang hifa yang umumnya bersekat
4. Multiseluler
5. Bersifat senositik

• Ascomycota
Ascomycota diberi nama demikian karena ia bereproduksi menggunakan askus sebagai alatnya. Jenis ini memiliki paling banyak jenis dibandingkan yang lainnya dan banyak dipakai di industry makanan. Cirinya adalah sebagai berikut:
1. Hifa bersekat dan senositik
2. Bersifat saprofit, parasit, atau bersimbiosis
3. Alat reproduksi disebut askus
4. Uniseluler dan multiseluler

• Basidiomycota
Basidiomycota adalah jamur yang disebut demikian karena memiliki alat reproduksi yang disebut basidiokarp. Cirinya adalah sebagai berikut:
1. Hifa bersekat
2. Bersifat saprofit atau parasit
3. Dapat berbentuk lembaran atau bertudung
4. Tubuh buahnya disebut basidiokarp dengan tudungnya yang disebut basidium, yang
           
mengandung basidiospora
• Deuteromycota
Deuteromycota adalah jamur yang disebut fungi imperfecti (jamur tidak sempurna) karena tidak diketahui reproduksi seksualnya. Jamur ini multiseluler dengan hifa bersekat dan bereproduksi vegetatif dengan konidiospora. Hidup jamur ini bersifat saprofit atau parasit. Jenisnya adalah :
1. Epidermophyton floccosum
2. Microsporium audoini, Trychophyton, dan Epiderophyton
3. Scelothium rolfsii
4. Helmintrosporium oryzae
5. Malassezia furfur
6. Fusarium

3. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal, tidak berklorofil, dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Sebenarnya bakteri termasuk tanaman tetapi tidak berklorofil, tidak berplastida, dan bersel satu berukuran kurang lebih 0.0003-0.025 milimikron, dengan kemampuan berkembangbiak yang sangat tinggi. Bentuknya bermacam-macam ada yang bulat berupa kokus, diplokokus, streptokokus, tetrakokus dan stafilokokus. Batang berupa basilus, diplobasilus, dan streptobasilus, bulat panjang, koma dan spiral. Kulitnya lunak terdiri dari selulosa dan kitin seperti tanaman. Pada bakteri yang menimbulkan kerusakan pada benda-benda hidup dinamakan pathogen atau penyebab sakit. Bakteri pathogen umumnya hanya hidup dalam bentuk sel tubuhnya yang dapat masuk kedalam tubuh tanaman melalui luka-luka. Untuk bakteri yang memanfaatkan benda mati disebut bakteri saprofit yang bias mengeluarkan racun agar bias mengurangi benda tersebut menjadi humus, dan dimanfaatkan oleh tanaman hidup. Adapun bakteri yang kerjasama (simbiose) dengan tanaman adalah bakteri rhizobium yang membentuk bintil-bintil akar.
Alat Gerak Bakteri
Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu cambuk/flagel. Berdasarkan ada tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut, kita mengenal 5 macam bakteri.
1. Atrich : bakteri tidak berflagel. contoh: Escherichia coli
2. Monotrich : mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh: Vibrio cholera
3. Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu ujungnya. contoh: Rhodospirillum rubrum
4. Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua ujungnya. contoh: Pseudomonas aeruginosa
5. Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya. contoh: salmonella typhosa

4. Virus
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks. Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan substansi viral (asam nukleat dan protein).
Penyerangan virus pada tanaman melalui luka yang dibuat oleh vector karena pelukaan. Gigitan serangga terhadap daun sakit dengan mudahnya membawa virus didalam mulutnya kemudian ditempatkan ke tanaman yang sehat, yang berakibat ikut sakit. Virus merupakan agen penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron. Hasil pengamatan mikroskop electron, virus dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak dalam sel yang hidup. Oleh karena hal tersebut maka virus dapat dimasukkan sebagai parasit yang biotrof.
Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang. Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang.
Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia. Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel.
Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel. Dengan cara kimia yaitu dengan pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau karena adanya senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat adanya serangan patogen. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang. Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala busuk basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar. Spora juga cara pathogen untuk menyerang tanamn. Spora dari berbagai penyakit tanaman menyebar dalam area yang sangat luas melalui angin. Kebanyakan patogen yang menimbulkan epidemic yang hebat disebabkan oleh patogen seperti ini.


BAB III
Metodologi Pengamatan
3.1 Alat dan Bahan
·         Bagian tanaman yang terserang jamur Ascomycotina
·         Bagian tanaman yang terserang jamur Basidiomycotina
·         Biakan bakteri patogen
·         Loup
·         Mikroskop
·         Jarum Pereparat
·         Gelas Obyek
·         Gelas penutup


3.2 Cara Kerja

·         Gambar dan beri keterangan biakkan / koloni dan sediaan bagian tanaman yang abnormal.
·         Perhatikan dan catat ciri ciri penting yang membedakan dari yang lainya.
·         Sebutkan taksonominya dan beri keterangan tentang hal hal yang dianggap penting.


BAB IV
Hasil Pengamatan dan Pembahasan


4.1 Hasil Pengamatan                                      
No
Gambar
Keterangan
Ciri Penting
1
Trichoderma
Subdevisi : Deuteromycotina
Family : Hypomycetes
Ordo : Noniliaces
Kelas : Deuteromycetes
Genus : Trichoderma

2
Fusarium
Kingdom : Fungi
Divisio : Eumycotina
Sub Divisio : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Species : Fusarium oxysporum

3



4






4.2 Pembahasan
Trichoderma mempunyai konidiafor bercabang-cabang tidak teratur, tidak memebentuk berkas (sapu), konidium (fialospora) jorong, bersel satu dalam kelompok-kelompok terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru. Pada umumnya yang mempunyai daya antagonistic terhadap jamurjamur parasit.
Trichoderma sp mempunyai kemampuan untuk mengkolonisasi rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur penyakit, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman. Populasi Trichoderma spp. di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban, suhu, pH, karbondioksida, kandungan garam, besi, bahan organik dan keberadaan mendominasi mikroorganisme lain dalam tanah.
Suhu pertumbuhan yang baik adalah 30 Co dan pH optimum 3,4 – 4,7. Kemampuan Trichoderma spp. untuk bertindak sebagai mikoparasit pada hifa dan tubuh-tubuh istirahat patogen-patogen tumbuhan telah dibuktikan. Kemampuan yang telah terbukti dari T. harzianum untuk menghasilkan substansi yang bersifat racun bagi jamur lain dalam media biakan dan bahkan dalam substansi organik di dalam tanah, menunjukkan pentingnya populasi jamur T. harzianum dalam pengendalian biologis. Terjadi interaksi hifa langsung setelah konida Trichoderma di introduksikan ke tanah, akan tumbuh kecambah konidianya berkecambah di sekitar perakaran tanaman, dengan laju pertumbuhan cepat akibat rangsangan jamur patogen dalam waktu yang singkat sekitar 7 hari di daerah perakaran tanaman. Trichoderma spp. yang bersifat mikoparasit akan menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh T. harzianum yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen.
Jamur fusarium termasuk dalam ordo sphaeriales dengan peritesia berbentuk globose atau seperti botol, dan biasanya dilengkap dengan papilla atau ostiol. Fusarium mempunyai makrokonidium dan mikrokonidium, dimana makrokonidium berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat, sedangkan mikrokonidium mempunyai bentuk tidak bersekat atau bersekat satu dan dihasilkan oleh sporadokium (ukurannya lebih kecil dari yang makro). Klamidospora dan selerotia juga sering terbentuk dari hasil miseliumnya. Fusarium sp yang cara perkembangbiakan generatifnya belum jelas, menghasilkan spora, mengakibatkan penyakit layu tanaman, merupakan koloni jamur berwarna putih, tebal, berproduksi dan menyebar dengan spora. Gejala serangannya berupa Layu total dapat terjadi antara 2 - 3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini. Cara mengendalikannya dapat melakukan sanitase, memperbaiki pengairan, menggunakan benuh sehat, pergiliran tanaman, dan menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan.















BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
v   Pathogen dapatØ berupa tumbuhan parasitik, jamur parasit, bakteri parasit, virus,  mikoplasma, dan nematode parasit.
v  Patogen menghasilkan keturunan yang sangat banyak di dalam proses reproduksinya, terutama cendawan, bakteri, dan virus.
v   



Daftar Pustaka

Martoredjo Toekidjo. 1983. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia : Jakarta.
Pracaya. 1996. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Indonesia Press. : Jakarta
Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional : Surabaya.
Semangun, Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Triharso. 1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada. Universitas Press. Yogyakarta.




  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar