Laporan Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah
Acara 7
Karbon dan
Bahan Organik Tanah
DI SUSUN OLEH :
NAMA : DIAH KARTIKA SARI
NPM : E1J011078
CO-ASS : - ATRI NOPRI JAYANTI
-HENRI GUNAWAN
SHIFT/TANGGAL:KAMIS/JAM
08.00
LABORATORIUM
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan
organik merupakan sifat tanah yang penting karena kontribusinya terhadap
sifat-sifat tanah yang lain. Fungsi bahan organik di dalam tanah berpengaruh
terhadap sifat-sifat fisik (seperti kemantapan agregat, penetrabilitas akar
tanah, kemampuan tanah menahan air), sifat kimia (kapasitas pertukaran kation, kandungan
nitrogen, ketersediaan fosfor) dan biologi tanah (aktifitas mikroba tanah).
Oleh sebab itu, terjadi degradasi suatu lahan misalnya oleh erosi atau
penambangan, umumnya diawali menurunnya kandungan bahan organik di dalam tanah.
Sebaliknya usaha rehabilitasi lahan yang telah mengalami degradasi biasanya
diawali dengan cara mengembalikan bahan organic yang hilang itu. Beberapa usaha
seperti melalui program penghijauan serta menambah input organic seperti
penambahan pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, semuanya difokuskan pada
penambahan bahn organic tanah.
1.2 Tujuan Praktikum
- Menentukan kandungan karbon dan bahan organi di dalam tanah
- Membandingkan kandungan karbon dan bahan organik dari beberapa sample tanah
- Melihat secara kualitatif hubungan antara kandingan karbon dan bahan organic tanah dengan hasil pengamatan morfologi profil di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Hardjowigeno, tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka
kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin tidak subur.
Oleh karena itu top soil perlu dipertahankanKarbon merupakan bahan organik
utama.
Karbon yang
ditangkap tanaman merupakan berasal dari CO2 di udara. Kemudian
bahan organik didekomposisikan kembvali dan membebasakan kembali sejumlah
karbon. Perubahan karbon di dalam, di luar, di atas tanah disebut peredaran
karbon.
Kandungan
bahan organik tanah biasanya ditentukan dengan mengukur kadar karbon (C) di
dalam tanah. Kadar C tersebut kemudian dikalikan dengan 100/58, dengan asumsi
bahwa bahan organic mengandung 58% C. Prinsip-prinsip yang penting dalam
penetapan kandungan bahan organic suatu tanah adalah sebagai berikut: Bahan organik
dioksidasi, baik dengan K2Cr2O7 dan H2SO4
pekat, maupun melalui pembakaran. Selanjutnya, kehilangan bahan organic setelah
dioksidasi ditetapkan, misalnya dengan menghitung kelebihan K2Cr2O7
yang tidak tereduksi oleh bahan organik (metode volumetrik). Atau dengan
menetapkan jumlah gas CO2 hasil pembakaran (metode LECO)
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan
organic tanah, antara lain:
- Kedalaman lapisan, menentukan kadar bahan organic dan N . Bahan organic terbanyak pada lapisan atas setebal 20 cm (15-20%), makim kebawah makin berkurang.
- Faktor iklim, suhu dan curah hujan, makin ke daerah dingin kadar bahan organic dan N makin tinggi.
- Tekstur tanah, makin tinggi kandungan liat makin tinggi pula kandungan bahan organic tanah bila kondisi yang lainnya sama.
- Drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena drainase buruk mengakibatkan bahan organic naik dari pada tanah berdrainase baik.
- Vegetasi penutup lahan, adanya kapur juga mempengaruhi kadar bahan organic tanah (Nurhayati Hakim, 1986).
Adapun cara
untuk mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organic tanah, antara
lain:
- Sumber bahan organic tibak disia-siakan, seperti:
a. Memberikan bahan hijau sukulen
b. Menambah pupk kandang
c. Penutupan sisa tanaman diatas tanah
- Mempertahankan jaminan pelapukan, melalui:
a. Menjaga reaksi tanah (pH)
b. Menciptakan drainase yang sesuai
c. Menambahkan pupuk sang cukup
- Rotasi tanam, mengatur penanaman secara bergilir dapat mempertahankan bahan organic tanah.
Bahan
organik yang terlapuk akan memiliki nisbah C/N yang lebih rendah. Penurunan
jumlah C pada bahan organi ini berarti penurunan jumlah energi yang tersedia
bagi jasad renik tanah. Dengan demikian perkembangan jasad renik tanah akan
berkurang sehingga hara-hara tanaman yang dibebaskan dari peromabakan bahan
organik akan dengan mudah digunakan oleh tanaman. Pada kondisi ini proses
mineralisasi akan lebih dominan dengan proses imobilisasi. Bahan organik yang
segar mengandung nisbah C/N > 30 biasanya menunjukkan imobilisasi yang lebih
penting dibandingkan mineralisasi. Bahan organik yang akan dikategorikan
sebagai matang apabila mengandung nisbah C/N <18. Tanah-tanah pertanian
biasanya mengandung bahan organik engan nsbah C/N antara 8 hingga 10
BAB III
METODELOGI
1.
Alat dan bahan
·
Buret
·
Labu ukur 1000 ml
·
Pipet
·
Erlenmeyer 50 ml
·
Stop watch
·
Timbangan
·
Botol semprot
·
Gelas ukur
·
Sampel tanah topsoil 0,5
mm
·
Sampel tanah subsoil 0,5
mm
·
K2Cr2O7 1 N
·
H2SO4
pekat (96%)
·
H3PO4
(85%)
·
Diphenyl amine
·
FeSO4 0,5 N
·
Aquqdes (H2O)
2.
Cara kerja
- Menimbang sample tanah topsoil dan subsoil 0.5 mm masing-masing 0.1 gr
- Memasukan sample tanah tersebut ke dalam labu ukur 0.5 mm
- Menambahkan kedalamnya 10 ml K2Cr2O7 1 N dengan pipet
- Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat (memakai gelas ukur)
- Mengocok dengan gerakan mendatar dan memutar
- Warna harus tetap merah jingga, jika warna berubah menjadi hijau atau biru maka tambahkan lagi K2Cr2O7 1 N dan H2SO4 (jumlah penambahan dicatat). Diamkan selama 30 menit sampai larutan menjadi dingin
- Menambahkan 5 ml H3PO4 25% dan 1 ml indicator diphenyl amine
- Menjadikan volume 50 ml dengan menambahkan aquades dengan memakai botol semprot
- Mengoocok dengan membolak-balik sampai homogen dan biarkan mengendap
- mengambil dengan pipet 5 ml larutan yang jernih,masukan ke dalam Erlenmeyer 50 m, dan tambahkan 15 ml aquades
- Melakukan Titrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga warna berubah kekuning-kuningan
- Mengulangi langkah-langkah diatas untuk blanko (tanpa tanah).
- Menghitung kadar karbon dan bahan organik, dengan rumus:
|
Dimana :
C : Karbon organic (%)
N : Normalitas
Wt : Berat sample
tanah kering angin
Kl : Kadar lengas
sample tanah
100/77 : Rasio antara C
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1
Tabel
Hasil Pengamatan
Sampel
|
Kl (%)
|
Titrasi dengan FeSO4
|
Wt (mg)
|
C (%)
|
BO (%)
|
Topsoil
|
44,9
|
1,5 ml
|
100
|
1,948 %
|
3,358 %
|
Subsoil
|
17
|
1.0 ml
|
100
|
11,688 %
|
20,152 %
|
Blanko
|
-
|
1,6 ml
|
-
|
-
|
-
|
3.2
Perhitungan
a. Topsoil
b.
Subsoil
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hasil yang didapati dan dari perhitungan, diperoleh data bahwa
kadar karbon pada lapisan Top Soil adalah 1,948 %, sedangkan pada lapisan Sub
Soil adalah 11,688 % dari perhitungan kadar karbon maka diteruskan lagi dengan
perhitungan pada Bahan Organik yang terdapat pada tanah, didapat bahwa Bahan
Organik pada lapisan Top Soil adalah 3,358 % dan kadar Bahan Organik pada
lapisan sub soil adalah 20,152 % Hasil ini berkebalikan dengan teori yang semestinya.
Pada hasil pengamatan, didapati hasil bahwa bahan organik yang terdapat pada
lapisan top soil jauh lebih kecil dibandingkan dengan kandungan bahan organik
pada lapisan sub soil. Pada
teorinya, kandungan bahan organik lapisan top soil lebih besar dari pada
lapisan sub soil.
Kejadian tersebut bisa terjadi
karena adanya pencucian (iluviasi) dan penimbunan yang terjadi karena adanya peran iklim yang mempengaruhi,
seperti curah hujan. Akibat
hujan yang terjadi, lapisan yang mulanya adalah lapisan top soil menjadi
tertimbun oleh lapisan lain akibat adanya pncucian oleh air, dan akhirnya
tertimbun oleh lapisan yang memiliki sedikit kadar karbon dan kadar Bahan
organik.. Horizon A yang dikenal sebagai Horizon Pencucian (Iluviasi),
maksudnya seluruh kandungan zat hara dan mineral yang ada di dalamnya akan
dicuci oleh aktivitas air (hujan, run-off, dan sebagainya), sehingga
bahan-bahan yang tercuci tersebut masuk ke dalam lapisan bawahnya karena
terlarut dan ikut masuk oleh aliran air yang membawanya.
Kemudian pada lapisan bawah atau Horizon B
merupakan lapisan atau zona Penimbunan (Eluviasi) bahan-bahan yang terlarut di
dalam lapisan air yang terbawa meresap ke lapisan ini dari lapisan di atasnya
atau lapisan Iluviasi. Bahan-bahan organik yang terbawa aliran air tertumpuk di
daerah ini, hal ini otomatis menyebabkan kandungan bahan organik pada daerah
ini lebih besar dari pada lapisan di atsnya. Hal inilah yang menyebabkan dan
menjelaskan mengapa kandungan bahan organik pada lapisan top soil tersebut
lebih kecil dibandingkan lapisan sub soil.
Sedangakan kandungan C pada kedua lapisan
dapat dijelaskan dengan aktivitas mikroorganisme yang berhubungan dengan
kandungan bahan karbon yang dimiliki setiap lapisan tanah. Pada lapsian top
soil, karena kandungan bahan organik yang sedikit, maka aktivitas
mikroorganisme di dalamnya pun sedikit. Hal tersebut menyebabkan kadar bahan C
yang sedikit pula, karena C dihasilkan dari aktivitas jasad renik atau
mikroorganisme di dalamnya. Sedangkan pada lapisan sub soil, karena bahan
organiknya tinggi, maka aktivitas jasad renik pun tinggi. Tingginya aktivitas
mikroorganisme yang tinggi tersebut, menghasilkan kadar C yang tinggi pula pada
lapisan ini.
BAB IV
KESIMPULAN
ü Kandungan bahan
C pada tanah tergantung dari aktivitas jasad renik yang berhubungan dengan
kandungan bahan organik yang dikandngnya.
ü Tanah yang
memiliki kandungan karbon dan bahan organic yang tinggi akan lebih baik
dibanbingkan tanah yang sedikit kandungan karbon dan bahan organic baik bari
segi pertumbuhan tanaman maupum ketahanan (konsistensi) tanah tersebut.
ü Pada pengamatan, nilai bahan organik pada lapisan
top soil lebih kecil dibandingakan dengan lapisan sub soil, hal ini
berkebalikan dengan teori, Bisa
terjadi karena penimbunan dan pencucian.
ü Semakin tinggi kandungan bahan organik dari tanah
tersebut akan semakin tinggi juga kandungan karbonnya.
ü Rumus untuk mencari nilai kadar karbon dalam
tanah
ü Rumus Untuk mencari nilai Bahan organic dalam
tanah
|
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi,
G. 1997. Sifat dan Ciri Tanah. Yogyakarta: Gajah Maga University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar