Jumat, 12 April 2013

Laporan Praktikum DDIT Acara 6


LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH
ACARA  6
Ph TANAH dan DAYA HANTAR LISTRIK TANAH



DI SUSUN OLEH :
NAMA                 : DIAH KARTIKA SARI
NPM                     : E1J011078
CO-ASS               : - ATRI NOPRI JAYANTI
                                                            -HENRI GUNAWAN
SHIFT/TANGGAL:KAMIS/JAM 08.00


LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012

BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya.
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam tanpa tanah, misalnya Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
Penetapan kemasaman aktif dilakukan dengan menggunakan pelarut akuades, sedangkan kemasaman cadangan dengan larutan garam netral, seperti KCl, BaCl2, dan NaF. Selisih pH antara larutan garam netral dan akuades adalah kemasaman cadangan. Perlu diketahui, umumnya pH H2O lebih besar dari pH KCl, tetapi pada kasus tertentu justru sebaliknya. Sifat ini sering dipakai sebagai ciri-ciri terhadap tanah-tanah tertentu di daerah tropis. Misalnya, bila larutan KCl diganti dengan larutan K2SO4 1N, ternyata selisi pH K2SO4 - H2O memberikan hasil positif, maka boleh jadi horizon tersebut adalah horizon oksik.

1.2 Tujuan Praktikum
            1.Menetapkan pH tanah
            2.Menentukan tingkat kemasaman tanah
            3.Menetapkan daya hantar listrik (DHL) tanah



BAB II
Tinjauan Pustaka

Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman.  Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut.  Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap.  Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah.  Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan, dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.  Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-,  mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam
Reaksi tanah yang penting adalah masam , netral atau alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah . bila didalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari ion OH , maka disebut masam. Bila ion H sama dengan OH , maka disebut netral , dan bila ion OH lebih banyak dari ion H maka disebut alakalin.
Untuk meragamkan pengertian , sifat reaksi tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan pH . dengan kata lain , pH tanah = -log (H) tanah. Suatu tanah disebut masamdengan 7, dan basa bila lebih dari 7 . bila konsentrasi ion H bertambah maka ion pH turun dan se3baliknya bila konsentrasi ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen . ion H lebih banyak diserap dari pada ion OH , maka ion H lebih pekat didekat permukaan koloid ., sedangkan ion OH sebaliknyab dengan demikian pH lebih rendah didekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid.
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada di dalam sistem.  Jadi, intensitas keasaman dari suatu sistem dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam sistem.  Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.

Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan.  Bila pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan netral.  PH kurang dari 7 itu menunjukkan keadaan asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan keadaan alkalis.
(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidodo, Institut Pertanian Bogor)

Kemasan tanah ada dua macam, yaitu:
1.   Kemasaman aktif
Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh adanya ion H+ yang ada pada koloid tanah.
      2.   Kemasaman pasif
Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh ion H+ dan Al3+ yang ada pada kompleks jerapan tanah.
Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa.  Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah, merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah.  Air merupakan sejumlah kecil ion H+.  suatu bagian yang besar dari ion H+ yang ada dalam tanah akan dijerap oleh kompleks lempung sebagai ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan.
Ion-ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan.  Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif.  Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah.(Dasar-dasar Kimia Tanah, oleh Kim H. Tan)

Pengukuran pH tanah dapat diukur berdasarkan pada:
1.   Metode kolorimetri, yang lazim dilakukan di lapangan dan mampu memberi gambaran akurat pH tanah lapangan secara cepat.
      2.   Metode elektrometrikal, yang lazim dilakukan di laboratorium.

Metode kolorimetri berdasarkan pada reaksi contoh tanah dengan suatu larutan indikator, lalu membandingkan warna suspensi.  Metode ini mampu mensidik nilai pH tanah pelikan dari 3,8 sampai 9,6.  indikator pH yang dikenal saat ini adalah bromkisol hijau, kresol merah, dan lain-lain.  Metode elektrometris berlandaskan pada perhitungan daya hantar listrik sistem tanah yang diuji dan nilai itu langsung dikalinrasi dengan kepekatan ion H+.  ketelitian metode ini mencapai 0,1 satuan pH.
(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidido, Institut Pertanian Bogor)
Penentuan nilai daya hantar listrik (DHL) merupakan suatu cara pendekatan untuk mengetahui taraf kejenuhan garam di dalam tanah. Nilai DHL  ≤ 4 mS/cm menunjukkan kandungan garam di dalam tanah rendah (<0,15 %) dan kebanyakan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nilai DHL  ≥ 4 mS/cm  menunjukkan kandungan garam di dalam larutan tanah cukup tinggi sehingga membahayakan kebanyakan tanaman pertanian. Dalam kondisi seperti ini hanya tanaman-tanaman yang toleran terhadap kegaraman dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, batas ambang kritis untuk kebanyakan tanaman adalah 4 mS/cm. Makin tinggi DHL makin terbatas jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik. Secara umum hasil analisis dapatlah dikatakan bahwa nilai DHL dari semua cuplikan yang di analisis masih jauh dibawah ambang kritis Semua cuplikan mempunyai nilai DHL < 1,5 mS/cm. Ini berarti kadar garam di dalam larutan tanah dari semua cuplikan sangat rendah dan aman untuk pertumbuhan hampir semua tanaman. (Wikipedia. 2010)




BAB III
Metodologi Pengamatan


3.1.Metode Elektrometris

3.1.1                    Alat dan Bahan
Alat : pH meter elektrode, tabung film, pengaduk gelas.
Bahan : contoh tanah 0.5 mm, akuades, KCl 1 N (larutkan 74.55 g KCl dalam akuades sampai 1 liter).

3.1.2                    Cara Kerja
1        Siapkan 2 tabung film, masing-masing diisi 5 g tanah kering angin 0.5 mm diameter. Tambahkan 12.5 ml akuades ke salah satu tabung, dan 12.5 ml KCl 1 N ke tabung lainnya.
2        Aduk selama 20 menit dengan pengaduk gelas, diamkan 10 menit (untuk penelitian diamkan semalam lalu aduk 10 menit).
3        Siapkan pH meter, kalibrasi dengan pH buffer 7.0 dan 4.0. Bilas ujung elektrode dengan akuades, lap dengan kertas tisu setiap penggantian contoh atau sehabis pemakaian alat.
4        Celupkan elektrode ke dalam suspensi, amati skala pH dan catat.
5        Tetapkan reaksi tanah berdasarkan kriteria pH pada halaman 12.

3.2.Pengukuran DHL

3.2.1                    Alat dan Bahan
Alat: Konduktivitas dengan dip-cell, neraca analitis, botol pengocok plastik, gelas ukur 10 ml, pengocik mekanik, dan termometer dengan skala suhu kamar.
Bahan: Akuades, KCl 0.01 M (larutkan 0.1864 g KCl yang telah dikering ovenkan pada suhu 1050C dalam 250 ml akuades.

3.2.2                    Cara Kerja
1        Masukkan 5 g tanah kering angin berdiameter <0.5 mm ke dalam botol pengocok plastik. Kerjakan juga satu contoh standar.
2        Tambahkan 5 ml akuades, kocok 2 jam dan ukur hambatan suspensi tersebut. Lakukan juga pengukuran pada KCl 0.01 M. Lakukan pengukuran dengan alat konduktometer.
3        Amati dan catat angkanya.

3.2.3                    Perhitungan

1,423 . Rst
Konduktivitas (ms cm-1)         =                                
                                                                                                                  Rss
Dimana Rst = hantaran standar (KCl 0,01 M) dan Rss = hantaran suspensi tanah.
Penulisan data dinyatakan dalam dua bentuk satuan puluhan, misalnya 23.10-1 atau 57.10-2.


BAB IV
Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan
Daftar tabel pengamatan pH dan DHL pada sampel tanah
Sampel
DHL
pH Tanah
Kriteria
H2O
KCl
H2O
KCl
Top Soil I
72
4,5
3,6
Sangat masam
Sangat masam
Sub Soil I
41
4,5
3,5
Sangat masam
Sangat masam
Top Soil II
89
3,5
3,5
Sangat masam
Sangat masam
Sub Soil II
44
4,1
3,7
Sangat masam
Sangat masam

4.2 Pembahasan

1.pH
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dinyatakan bahwa terdapat dua sampel, yaitu tanah dengan sampel top soil dan sub soil untuk mengukur pH tanah dan DHL (daya hantar listrik). Namun, terdapat perbedaan dalam pengamatan pH tanah dan daya hantar listrik yaitu untuk pH tanah dilakukan dua larutan masing-masing untuk top soil dan sub soil, yaitu larutan H2O dan KCl. Sedangkan untuk penetapan daya hantar listrik adalah menggunakan H2O.
Pada tanah top soil I pada H2O memiliki pH 4,5 yang berarti tanah top soil pada pengamatan ini memiliki kriteria yang sangat masam dan untuk KCl memiliki pH 3,6 sangat masam,begitu juga pH tanah sub soil I H2O yaitu 4,5 yang berarti tanah ini memiliki kriteria sangat masam. Pada larutan KCl, pH tanah adalah 3,5 yang juga berarti tanah tersebut memiliki kriteria sangat masam.
Pada tanah top soil II pada H2O memiliki pH 3,5 yang berarti tanah top soil pada pengamatan ini memiliki kriteria yang sangat masam dan untuk KCl memiliki pH 3,5 sangat masam,begitu juga pH tanah sub soil I H2O yaitu 4,1 yang berarti tanah ini memiliki kriteria sangat masam. Pada larutan KCl, pH tanah adalah 3,7 yang juga berarti tanah tersebut memiliki kriteria sangat masam.


2.      DHL
                      Dari pengamatan yang dilakukan dari top soil 1 didapat bahwa nilai DHL yang tertera pada alat pengukur DHL display konduktometer adalah sebesar 72. Angka ini merupakan besar hantaran suspensi tanah (Rss) yang akan dipergunakan dalam perhitungan besar konduktivitas tanah. Maka besar konduktivitasnya adalah :
          Konduktivitas (ms cm-1) =
                                                
                                                   
                                                    = 27,296 ms/cm
          Untuk DHL pada lapisan sub soil 1 Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu batang elektrode konduktometer dibilas dengan aquades dan dilap untuk menghindari akumulasi pengukuran dari pengukuran sebelumnya. Setelah dicelupkan elektrode, display konduktometer menunjukkan angka 41. Berarti angka ini merupakan besaran Rss untuk suspensi tanah sub soil. Selanjutnya dilakukan penghitungan konduktivitas serupa dengan rumus yang telah dilakukan pada lapisan top soil.
                      Konduktivitas (ms cm-1) =
                                                              =49,041 ms cm-1
Dari pengamatan yang dilakukan dari top soil 2 didapat bahwa nilai DHL yang tertera pada alat pengukur DHL display konduktometer adalah sebesar 89. Angka ini merupakan besar hantaran suspensi tanah (Rss) yang akan dipergunakan dalam perhitungan besar konduktivitas tanah. Maka besar konduktivitasnya adalah :
          Konduktivitas (ms cm-1) =
                                                
                                                   
                                                    = 22,59 ms/cm
          Untuk DHL pada lapisan Sub soil 2 Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu batang elektrode konduktometer dibilas dengan aquades dan dilap untuk menghindari akumulasi pengukuran dari pengukuran sebelumnya. Setelah dicelupkan elektrode, display konduktometer menunjukkan angka 44. Berarti angka ini merupakan besaran Rss untuk suspensi tanah sub soil. Selanjutnya dilakukan penghitungan konduktivitas serupa dengan rumus yang telah dilakukan pada lapisan top soil.
                      Konduktivitas (ms cm-1) =
                                                              =45,69 ms cm-1
                                                           
                      Dari pengukuran terlihat bahwa Konduktivitas atau DHL untuk lapisan tanah sub soil lebih besar dari lapisan top soil. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan sub soil mempunyai kemampuan menghantarkan listrik lebih besar dibanding pada laipsan top soil. Berarti pada lapisan sub soil, terdapat lebih banyak garam mineral yang merupakan penghantar listirk. Hal ini bisa disebabkan karena pada lapisan sub soil merupakan daerah penimbunan( bisa dari mineral, garam, dsb)  dari hasil pencucian lapisan top soil,.






BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Faktor-faktor yang mempegaruhi tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terjerap.
·         pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah
·         Penentuan nilai daya hantar listrik (DHL) merupakan suatu cara pendekatan untuk mengetahui taraf kejenuhan garam di dalam tanah.




Daftar Pustaka

Pairunan,A. K. J. L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.
         Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.

Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.

Poerwowidodo.  1991.  Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.  Institut Pertanian Bogor.  Bogor.
http://wikipedia.com.2010. Penetapan daya hantar listrik. (diakses tanggal 19 November 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar