LAPORAN PRAKTIKUM DASAR
DASAR ILMU TANAH
ACARA 6
Ph TANAH dan DAYA
HANTAR LISTRIK TANAH
DI SUSUN OLEH :
NAMA : DIAH KARTIKA SARI
NPM : E1J011078
CO-ASS : - ATRI NOPRI JAYANTI
-HENRI GUNAWAN
SHIFT/TANGGAL:KAMIS/JAM 08.00
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Tanah adalah
produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai
kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan,
yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan
waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat
dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi,
maupun morfologinya.
Tanah merupakan
elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah
mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun
kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam
tanpa tanah, misalnya Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha
budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan
media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani, maka
pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna
menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman
bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung
banyak bahan organik yang menguntungkan.
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan
oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah
adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan
status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya
bila konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah,
pH akan naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti
pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah.
Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit
sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat isel dan macam kation
yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga
belas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih
luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam
terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta
akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di
Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk
mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka
diperlukan adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
Penetapan
kemasaman aktif dilakukan dengan menggunakan pelarut akuades, sedangkan
kemasaman cadangan dengan larutan garam netral, seperti KCl, BaCl2,
dan NaF. Selisih pH antara larutan garam netral dan akuades adalah kemasaman
cadangan. Perlu diketahui, umumnya pH H2O lebih besar dari pH KCl,
tetapi pada kasus tertentu justru sebaliknya. Sifat ini sering dipakai sebagai
ciri-ciri terhadap tanah-tanah tertentu di daerah tropis. Misalnya, bila
larutan KCl diganti dengan larutan K2SO4 1N, ternyata
selisi pH K2SO4 - H2O memberikan hasil
positif, maka boleh jadi horizon tersebut adalah horizon oksik.
1.2
Tujuan Praktikum
1.Menetapkan
pH tanah
2.Menentukan
tingkat kemasaman tanah
3.Menetapkan
daya hantar listrik (DHL) tanah
BAB II
Tinjauan Pustaka
Reaksi tanah merupakan salah satu
sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa
kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia
tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang
ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses
biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang
mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi
ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan
jumlah bahan pelarut. Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak
yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh
sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat
misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka
semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang
berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan
koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada
kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah
bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+
dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari
hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti :
Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam
tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+).
Dilihat dari pHnya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat
basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7
serta jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam
(Pairunan, dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam,
dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia
tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk,
1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion
hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara
tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah
toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai
persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,
konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air
hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi
sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah
(Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik
mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam
tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat
melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation
dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam
Reaksi tanah yang penting adalah masam , netral atau alkalin. Pernyataan
ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah . bila didalam
tanah ditemukan ion H lebih banyak dari ion OH , maka disebut masam. Bila ion H
sama dengan OH , maka disebut netral , dan bila ion OH lebih banyak dari ion H
maka disebut alakalin.
Untuk meragamkan pengertian , sifat reaksi tersebut dinilai berdasarkan
konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan pH . dengan kata lain , pH tanah = -log
(H) tanah. Suatu tanah disebut masamdengan 7, dan basa bila lebih dari 7 . bila
konsentrasi ion H bertambah maka ion pH turun dan se3baliknya bila konsentrasi
ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen . ion H lebih
banyak diserap dari pada ion OH , maka ion H lebih pekat didekat permukaan
koloid ., sedangkan ion OH sebaliknyab dengan demikian pH lebih rendah didekat
koloid daripada tempat yang jauh dari koloid.
Kemasaman atau kealkalian
tanah (pH tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+
dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H tidak terdisosiasi dari
senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada di dalam sistem. Jadi, intensitas keasaman dari suatu sistem
dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+
terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam sistem. Sistem tanah
yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.
Penyebab keasaman tanah adalah
ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah dan
komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7
menunjukkan keadaan netral. PH kurang
dari 7 itu menunjukkan keadaan asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan keadaan
alkalis.
(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidodo, Institut Pertanian Bogor)
Kemasan tanah
ada dua macam, yaitu:
1. Kemasaman aktif
Yaitu kemasaman yang
disebabkan oleh adanya ion H+ yang ada pada koloid tanah.
2. Kemasaman pasif
Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh ion H+ dan Al3+
yang ada pada kompleks jerapan tanah.
Sejumlah senyawa menyumbang
pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam-asam organik dan anorganik, yang
dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah, merupakan konstituen tanah yang
umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah.
Air merupakan sejumlah kecil ion H+. suatu bagian yang besar dari ion H+
yang ada dalam tanah akan dijerap oleh kompleks lempung sebagai ion-ion H+
yang dapat dipertukarkan.
Ion-ion H+ tertukarkan
tersebut berdisosiasi menjadi ion H+ yang dapat dipertukarkan
merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan. Ion-ion H+ bebas menciptakan
kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur
dan dinyatakan sebagai pH tanah.(Dasar-dasar Kimia Tanah, oleh Kim H. Tan)
Pengukuran pH
tanah dapat diukur berdasarkan pada:
1. Metode kolorimetri, yang lazim dilakukan di lapangan dan mampu memberi
gambaran akurat pH tanah lapangan secara cepat.
2. Metode elektrometrikal, yang
lazim dilakukan di laboratorium.
Metode kolorimetri berdasarkan
pada reaksi contoh tanah dengan suatu larutan indikator, lalu membandingkan
warna suspensi. Metode ini mampu mensidik nilai pH tanah pelikan dari 3,8 sampai 9,6. indikator pH yang dikenal saat ini adalah
bromkisol hijau, kresol merah, dan lain-lain.
Metode elektrometris berlandaskan pada perhitungan daya hantar listrik
sistem tanah yang diuji dan nilai itu langsung dikalinrasi dengan kepekatan ion
H+. ketelitian metode ini mencapai 0,1 satuan pH.
(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidido, Institut
Pertanian Bogor)
Penentuan
nilai daya hantar listrik (DHL) merupakan suatu cara pendekatan untuk
mengetahui taraf kejenuhan garam di dalam tanah. Nilai DHL ≤ 4 mS/cm
menunjukkan kandungan garam di dalam tanah rendah (<0,15 %) dan kebanyakan
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nilai DHL ≥ 4 mS/cm menunjukkan
kandungan garam di dalam larutan tanah cukup tinggi sehingga membahayakan
kebanyakan tanaman pertanian. Dalam kondisi seperti ini hanya tanaman-tanaman
yang toleran terhadap kegaraman dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu,
batas ambang kritis untuk kebanyakan tanaman adalah 4 mS/cm. Makin tinggi DHL
makin terbatas jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik. Secara umum hasil
analisis dapatlah dikatakan bahwa nilai DHL dari semua cuplikan yang di
analisis masih jauh dibawah ambang kritis Semua cuplikan mempunyai nilai DHL
< 1,5 mS/cm. Ini berarti kadar garam di dalam larutan tanah dari semua
cuplikan sangat rendah dan aman untuk pertumbuhan hampir semua tanaman.
(Wikipedia. 2010)
BAB III
Metodologi Pengamatan
3.1.Metode Elektrometris
3.1.1
Alat dan
Bahan
Alat : pH meter elektrode,
tabung film, pengaduk gelas.
Bahan : contoh tanah 0.5 mm,
akuades, KCl 1 N (larutkan 74.55 g KCl dalam akuades sampai 1 liter).
3.1.2
Cara Kerja
1 Siapkan 2 tabung film, masing-masing diisi 5 g tanah kering angin 0.5 mm
diameter. Tambahkan 12.5 ml akuades ke salah satu tabung, dan 12.5 ml KCl 1 N
ke tabung lainnya.
2 Aduk selama 20 menit dengan pengaduk gelas, diamkan 10 menit (untuk
penelitian diamkan semalam lalu aduk 10 menit).
3 Siapkan pH meter, kalibrasi dengan pH buffer 7.0 dan 4.0. Bilas ujung
elektrode dengan akuades, lap dengan kertas tisu setiap penggantian contoh atau
sehabis pemakaian alat.
4 Celupkan elektrode ke dalam suspensi, amati skala pH dan catat.
5 Tetapkan reaksi tanah berdasarkan kriteria pH pada halaman 12.
3.2.Pengukuran DHL
3.2.1
Alat dan
Bahan
Alat: Konduktivitas dengan
dip-cell, neraca analitis, botol pengocok plastik, gelas ukur 10 ml, pengocik
mekanik, dan termometer dengan skala suhu kamar.
Bahan: Akuades, KCl 0.01 M
(larutkan 0.1864 g KCl yang telah dikering ovenkan pada suhu 1050C
dalam 250 ml akuades.
3.2.2
Cara Kerja
1 Masukkan 5 g tanah kering angin berdiameter <0.5 mm ke dalam botol
pengocok plastik. Kerjakan juga satu contoh standar.
2 Tambahkan 5 ml akuades, kocok 2 jam dan ukur hambatan suspensi tersebut.
Lakukan juga pengukuran pada KCl 0.01 M. Lakukan pengukuran dengan alat konduktometer.
3 Amati dan catat angkanya.
3.2.3
Perhitungan
1,423 . Rst
Konduktivitas (ms cm-1)
=
Rss
Dimana Rst = hantaran standar (KCl 0,01 M) dan Rss = hantaran suspensi
tanah.
Penulisan data dinyatakan dalam dua bentuk satuan puluhan, misalnya 23.10-1
atau 57.10-2.
BAB IV
Pembahasan
4.1
Hasil Pengamatan
Daftar
tabel pengamatan pH dan DHL pada sampel tanah
Sampel
|
DHL
|
pH
Tanah
|
Kriteria
|
||
H2O
|
KCl
|
H2O
|
KCl
|
||
Top
Soil I
|
72
|
4,5
|
3,6
|
Sangat
masam
|
Sangat
masam
|
Sub
Soil I
|
41
|
4,5
|
3,5
|
Sangat
masam
|
Sangat
masam
|
Top
Soil II
|
89
|
3,5
|
3,5
|
Sangat
masam
|
Sangat
masam
|
Sub
Soil II
|
44
|
4,1
|
3,7
|
Sangat
masam
|
Sangat
masam
|
4.2
Pembahasan
1.pH
Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan, dinyatakan bahwa terdapat dua sampel, yaitu
tanah dengan sampel top soil dan sub soil untuk mengukur pH tanah dan DHL (daya
hantar listrik). Namun, terdapat perbedaan dalam pengamatan pH tanah dan daya
hantar listrik yaitu untuk pH tanah dilakukan dua larutan masing-masing untuk
top soil dan sub soil, yaitu larutan H2O dan KCl. Sedangkan untuk
penetapan daya hantar listrik adalah menggunakan H2O.
Pada tanah
top soil I pada H2O memiliki
pH 4,5 yang berarti tanah top soil pada pengamatan ini memiliki kriteria yang
sangat masam dan untuk KCl memiliki pH 3,6 sangat
masam,begitu juga pH tanah sub soil I H2O yaitu 4,5 yang
berarti tanah ini memiliki kriteria sangat masam. Pada larutan KCl, pH tanah
adalah 3,5 yang juga berarti tanah
tersebut memiliki kriteria sangat masam.
Pada tanah
top soil II pada H2O memiliki
pH 3,5 yang berarti tanah top soil pada pengamatan ini memiliki kriteria yang
sangat masam dan untuk KCl memiliki pH 3,5 sangat
masam,begitu juga pH tanah sub soil I H2O yaitu 4,1 yang
berarti tanah ini memiliki kriteria sangat masam. Pada larutan KCl, pH tanah adalah
3,7 yang juga berarti tanah tersebut memiliki kriteria sangat masam.
2.
DHL
Dari pengamatan yang
dilakukan dari top soil 1 didapat
bahwa nilai DHL yang tertera pada alat pengukur DHL display konduktometer
adalah sebesar 72. Angka ini merupakan besar hantaran suspensi tanah (Rss) yang
akan dipergunakan dalam perhitungan besar konduktivitas tanah. Maka besar
konduktivitasnya adalah :
Konduktivitas
(ms cm-1) =
= 27,296 ms/cm
Untuk DHL pada lapisan sub soil 1 Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu
batang elektrode konduktometer dibilas dengan aquades dan dilap untuk
menghindari akumulasi pengukuran dari pengukuran sebelumnya. Setelah dicelupkan
elektrode, display konduktometer menunjukkan angka 41. Berarti angka ini
merupakan besaran Rss untuk suspensi tanah sub soil. Selanjutnya dilakukan
penghitungan konduktivitas serupa dengan rumus yang telah dilakukan pada
lapisan top soil.
Konduktivitas (ms cm-1) =
=49,041 ms
cm-1
Dari
pengamatan yang dilakukan dari top soil
2 didapat bahwa nilai DHL yang tertera pada alat pengukur DHL display
konduktometer adalah sebesar 89. Angka ini merupakan besar hantaran suspensi tanah
(Rss) yang akan dipergunakan dalam perhitungan besar konduktivitas tanah. Maka
besar konduktivitasnya adalah :
Konduktivitas
(ms cm-1) =
= 22,59 ms/cm
Untuk DHL pada lapisan Sub soil 2 Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu
batang elektrode konduktometer dibilas dengan aquades dan dilap untuk
menghindari akumulasi pengukuran dari pengukuran sebelumnya. Setelah dicelupkan
elektrode, display konduktometer menunjukkan angka 44. Berarti angka ini
merupakan besaran Rss untuk suspensi tanah sub soil. Selanjutnya dilakukan
penghitungan konduktivitas serupa dengan rumus yang telah dilakukan pada
lapisan top soil.
Konduktivitas (ms cm-1) =
=45,69 ms
cm-1
Dari pengukuran terlihat
bahwa Konduktivitas atau DHL untuk lapisan tanah sub soil lebih besar dari
lapisan top soil. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan sub soil mempunyai
kemampuan menghantarkan listrik lebih besar dibanding pada laipsan top soil.
Berarti pada lapisan sub soil, terdapat lebih banyak garam mineral yang
merupakan penghantar listirk. Hal ini bisa disebabkan karena pada lapisan sub
soil merupakan daerah penimbunan( bisa dari mineral, garam, dsb) dari hasil pencucian lapisan top soil,.
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Faktor-faktor
yang mempegaruhi tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation
yang terjerap.
·
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah
·
Penentuan nilai
daya hantar listrik (DHL) merupakan suatu cara pendekatan untuk mengetahui
taraf kejenuhan garam di dalam tanah.
Daftar Pustaka
Pairunan,A. K. J. L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.
Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.
Hakim Nurhajati, M.
Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H.
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
Poerwowidodo. 1991. Genesa
tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar