LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
ACARA
6
MENGUKUR BERAT SERANGAN
Di Susun Oleh :
Nama :
Diah Kartika Sari
NPM :
E1J011078
Dosen Pembimbing : Ibu Jamilah
Co-ass :
Muhamad Ali Alfi
Hari / Kelompok : Rabu / 10.00 WIB
LABORATORIUM
ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tindakkan pengendalian dimaksudkan sebagai usaha untuk mencegah atau
membatasi kerugian ekonomi akibat pengganggu. Tindakan harus dilandasi dengan
pertimbangan – pertimbangan ekonomis,
sehingga tindakan tersebut benar – benar menguntungkan bagi
kita. Oleh karena itu, adapun latar belakang dari praktikum ini adalah untuk
mengukur seberapa besar/berat serangannya sehingga dapat dilakukan tindakan
pengendalaian.dimana yang
sering kita temui di lingkungan masyarakat sekitar kita, banyak sebagian dari
para petaninya tidak terlalu menghitung seberapa besar lahan pertanianya
terserang oleh hama pengganggu yang dapat merugikan produksi pertanianya.
1.2. Tujuan
Pelaksanaa
pratikum ini bertujuan untuk dapat menaksirkan berat serangan atau tingkat
kerusakan pada suatu pertanaman yang mengalami gangguan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hampir seluruh atau sebagian besar
daerah di Indonesia merupakan daerah pertanian atau biasa disebut sebagai
daerah agraris, dan hampir sebagian besar penduduk di Indonesia berprofesi
sebagai petani, akan tetapi sebagian besar dari petani tidak mengerti dan
mengetahui secara menyeluruh tentang ilmu pertanian, mereka hanya mengetahui
ilmu yang mereka dapat dari nenek moyang mereka, masalah yang paling sering
ditemui oleh para petani adalah masalah organisme pengganggu tanaman terutama
hama dari jenis serangga, hama dari jenis serangga ini menyerang tanaman dengan
cara yang berbeda, gejala yang ditimbulkanpun berbeda. Jika hal ini terus
terjadi hingga berkelanjutan sangat merugikan para petaninya,karena hasil tidak
sesuai dengan biaya yang dikeluarkanya.dengan berbagai cara hama menyerang
tanaman,yang terkadang dapat menyebabkan tanaman menjadi mati,dan petani
mengalami kegagalan yang fatal dalam bertanaman.
Jenis hama yang biasa menyerang tanaman jagung dan kacang tanah relatif
banyak, baik yang berpotensi merusak tanaman dalam katagori ringan hingga
berat, mengakibatkan penurunan produksi, dan bahkan mengakibatkan tanaman fuso
(tidak menghasilkan).
Berdasarkan waktu timbulnya gangguan, perlindungan
tanaman pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara preventif
dan kuratif. Perlindungan tanaman secara preventif dilakukan untuk pencegahan
sebelum tanaman terganggu, sedangkan perlindungan secara kuratif dilakukan untuk
mengurangi kerugian selama tanaman terganggu. Perlindungan tanaman yang baik
dilakukan secara preventif terlebih dahulu dan jika tanaman mengalami gangguan
dilakukan perlindungan secara kuratif.
Prinsip tingkat kerusakan ditentukan dengan menghitung berapa besar tanaman
atau bagian tanaman yang rusak oleh suatu pengganggu dibandingkan dengan
besarnya seluruh pertanaman atau bagian tanaman yang ada. Tingkat kerusakan
tanaman dapat dinyatakan dalam persen (%), proporsi (bagian), atau skoring.
Penggunaan skoring hanya sesuai dengan kenyataan jika dipertimbangkan antara
tingkat kerusaan dengan tingkat kerugian tanaman.
Kerusakan yang sulit diukur secara langsung besarnya dapat dilakukan uji pendekatan dengan cara skoring kemudian dihitung berdasarkan indeks
serangan McKinney (1923), dipopulerkan oleh Townsend
dan Humberger (1943) sehingga dikenal dengan rumus Townsend dan Humberger,
yaitu :
X = ∑Nv
zN
Dengan arti simbol X = berat serangan
N = jumlah anggota sampel tiap kategori skoring
V = nilai numerik tiap kategori yang diamati
N = jumlah keseluruhan anggota sampel
z = nilai numerik pada kategori skoring yang
dibuat
Metode penentuan berat serangan sulit dibuat secara umum untuk semua jenis
gangguan, karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya, misalnya: jenis tanaman
dan bagian tanaman yang sakit, pengganggu yang menyerang, cara serangannya,
lingkungan yang membantu dan menghambat. Metode menjadi penentuan menjadi tepat
jika nilai berat serangan setara dengan tingkatkerugian. Pada prinsipnya
menggunakan rumus umum bahwa berat serangan sama dengan ratio antara kuantitas
bagian yang rusak dengan kuantitas seluruh bagian.
X = bk x 100 %
bt
dengan arti lambang : X = berat serangan
bk = besar kerusakan
bt = besar tanaman atau bagian
yang
diamati.
Secara matematis,
model perkembangan penyakit dapat diperkirakan menggunakan rumus van der Plank
(1963), yakni Xt = X0.ert dengan arti lambang
bahwa Xt = berat serangan pada waktu t, X0 = berat
serangan pada waktu awal, e = kontante bilangan normal (2,71828), r = laju
penyakit, dan t = waktu. Perlindungan tanaman menggunakan pendekatan matematis
ini pada prinsipnya adalah mengusahakan nilai Xt sekecil mungkin.
Nilai Xt akan menjadi kecil jika serangan awal (X0 )
kecil, laju penyakit (r) lambat, dan waktu (t) interaksi sebentar. Oleh karena
itu, van der Plank juga membedakan perlindungan tanaman menjadi dua tujuan,
yaitu mengurangi penular (X0) dan menurunkan laju penyakit (r).
1.2.1. Cara-cara
pelaksanaan perlindungan tanaman (Roberts, 1978)
- Cara kultur teknis atau budidaya tanaman. Kultur teknis merupakan cara perlindungan dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dimanipulasi supaya tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan pengganggu, tetapi sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman. Beberapa contoh perlindungan tanaman menggunakan cara kultur teknis, yaitu :
2. Penggunaan tanaman tahan. Varietas tahan banyak dilakukan dalam
perlindungan tanaman karena cara ini sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan
hasil-hasil penelitian. Selain itu cara ini tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan dapat dikombinasikan dengan cara-cara perlindungan yang
lain. Kelemahan cara ini yaitu biayanya tinggi untuk penemuan tanaman tahan,
sulit mendapatkan sumber gen, sering menimbulkan biotipe atau ras baru pada
pengganggu, bahkan tanaman-tanaman tahan hasil transgenik masih dipertanyakan
pengaruhnya terhadap perilaku manusia sebagai konsumen.
3. Cara fisik. Perlindungan tanaman menggunakan cara
fisik dilakukan dengan memanfaatkan faktor-faktor fisik, misalnya suhu,
kelembaban, sinar atau radiasi. Perlindungan tanaman dengan tujuan untuk
mempertahankan rasa manis jagung muda dapat dilakukan dengan merebus (suhu
tinggi berair), sayuran maupun buah-buahan supaya awet segar perlu disimpan
dalam almari pendingin (suhu rendah), biji-bijian supaya tidak mudah berjamur
perlu dikeringkan (kelembaban atau kandungan air rendah).
4. Cara mekanik. Perlindungan tanaman menggunakan cara
mekanik dilakukan dengan menggunakan alat dan tenaga. Contoh cara mekanik,
yaitu kondomisasi atau pembungkusan buah menggunakan kantong (plastik, kertas),
lelesan atau memetik dan mengumpulkan buah terserang, pemangkasan atau memotong
cabang, ranting yang terserang, gropyok atau mencari dan membunuh hama, driving
mengusir menggunakan bunyi.
5. Penggunaan peraturan atau undang-undang karantina.
Sasaran perlindungan tanaman menggunakan peraturan adalah manusia. Cara ini
lebih bersifat mencegah masuk, berkembang, dan menyebarnya suatu pengganggu
dari dan ke daerah atau negara. Secara umum ada tiga bidang, yaitu karantina
asing yang mengatur antar negara, karantina domestik yang mengatur antar
wilayah yang dibatasi faktor alam, dan sertifikasi atau pemberian keterangan
bebas pengganggu yang membahayakan pada suatu komoditi pertanian.
6. Penggunaan bahan kimia. Pada kenyataan sehari-hari,
kita sering mendengar istilah-sitilah pembrantasan, pengendalian, dan
pengelolaan hama penyakit tanaman (PHT). Kata pembrantasan berasal dari bahasa
Belanda ‘bestrijding’ yang artinya
dibersihkan atau dibebaskan, sedangkan kata pengendalian berasal dari bahasa
Inggris ‘control’ yang artinya
mengatur dan kata pengelolaan berasal dari kata ‘management’ yang artinya mengatur secara kontinyu. Pestisida
berasal dari dua kata yakni pest (=pengganggu) dan cide (= racun).
BAB III
METODOLOGI
2.1. Bahan dan Alat
Bahan
· Petak pertanaman dengan macam-macam serangan
Alat
· Pena
· Kertas
· Penggaris
2.2.Cara kerja
- Tipe kerusakan pada petak pertanaman ditentukan apakah proposional dengan tingkat kerugian atau tidak.
- Pada kerusakan yang tidak proporsional dengan kerugian dibuat skoring dan kriteria sesuai dengan gejala/kerusakan tanaman yang proporsional dengan tingkat kerugian dengan melakukan pengukuran secara langsung dengan membandingkan kualitasnya.
- Unit sampling (tanaman sampel) ditentukan secara acak atau statum.
- Diamati dan dicatat kerusakannya menurut tipe kerusakannya serta jenis pengganggunya.
- Berat serangan ditentukan dengan perhitungan berdasarkan hasil pengamatan.,
- Berdasarkan pendekatan skoring untuk akibat serangan berupa lubang pada daun maka kriteria serangan :
Skor
|
Kriteria
|
0
|
Tidak ada gejala*/kerusakan
sama sekali atau kalau ada hanya 1 – 2 bercak pada seluruh daun
pada tanaman
|
1
|
Kurang dari separuh
daun*bergejala**/rusak
|
2
|
Kurang lebih separuh daun
bergejala/rusak
|
3
|
Kurang dari separu daun tidak
bergejala/ tidak rusak
|
4
|
Hanya 1-2 daun saja yang tidak
bergejala/tidak rusak
|
5
|
Seluruh daun bergejala/rusak atau
tanaman mulai menunjukan tanda – tanda kematian
|
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Nama Tanaman : Kacang Tanah dan Jagung
2. Nama tipe kerusakan/gejala :Nekrotik dan Injury
3. Unit sampling : Kacang Tanah 5 batang dan Jagung 100
batang
4. Jumlah sample :
5. Cara pengamatan : Mengamati langsung gejala gejala yang
timbul pada morfologi tanaman.
Tabel 1.1.Hasil
Pengamatan Berat Serangan
Tanaman Jagung
Tanaman
Sample
|
Skoring
|
Jumlah daun
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
3
|
2
|
2
|
1
|
2
|
0
|
10
|
2
|
4
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
11
|
3
|
6
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
9
|
4
|
2
|
2
|
3
|
1
|
2
|
1
|
11
|
5
|
3
|
1
|
2
|
2
|
0
|
1
|
9
|
jumlah
|
18
|
7
|
9
|
5
|
7
|
4
|
40
|
Tabel 1.2.Hasil Pengamatan Berat
Serangan
Tanaman Kacang Tanah
Tanaman
sample
|
Skoring
|
Jumlah daun
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
22
|
6
|
2
|
0
|
0
|
0
|
36
|
2
|
29
|
3
|
3
|
3
|
2
|
0
|
40
|
3
|
43
|
5
|
7
|
3
|
3
|
0
|
61
|
4
|
45
|
1
|
5
|
5
|
3
|
0
|
59
|
5
|
17
|
9
|
5
|
2
|
4
|
0
|
37
|
jumlah
|
156
|
24
|
22
|
13
|
12
|
0
|
233
|
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam melakukan pratikum dikebun tanaman jagung dan kacang IHPT(Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan)
tentang pengukuran berat serangan maka didapatkan hasil bahwa serangan hama
yang terjadi pada setiap tanaman dalam satu areal
pertanaman yang sama (satu lahan) baik yang berada dalam posisi
berdampingan ataupun tidak memiliki tingkat serangan yang berbeda antara satu
tanaman dengan tanaman yang lain meskipun dalam satu spesies tanaman yang
sama.tetapi berat serangan yang terjadi di areal kebun pertanian unib dimana
tempat saya dan teman teman melakukan pengamatan langsung.
Dimana
pada pengamatan dan perhitungan terhadap serangan
yang sudah dilakukan pada satu lahan pertanaman didapatkan hasil berupa serangan
yang cukup berat karena tingkat serangan mencapai pada 5 tanaman yang artinya sangat perlu dilakukan
pengendalian karena dikawatirkan tanaman lain akan sampai pada persentase
kerusakan yang sama sedangkan 52
tanaman yang lain masih dalam batas serangan yang ringan karena serangan masih
dalam interval antara 20-37 %..
BAB VI
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum
ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kerusakan tanaman masih dalam batas
standar.Metode yang
digunakan dalam penentuan berat serangan pada semua jenis gangguan tergantung
pada jenis tanaman dan bagian tanaman yang mengalami gangguan, jenis atau
kelompok pengganggu yang menyerang pertanaman, cara pengganggu dalam mengganggu
pertanaman, serta keadaan lingkungan sekitar tempat terdapatnya pertanaman. Jika kerusakan telah melewati angka 50 %
maka harus segera dilakukan tindakan lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Arie, Arifin. 1994. Pelindung
Tanaman, Hama, Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional
Herman. 2003. Rugi Akibat Hama Walang Sangit. Sumbawa:
Gaung Post
Mangoensoekardjo. 1983. Pengendalian
Gulma Diperkebunan. Yogyakarta: Kanisus
Matnawy. 1989. Pelindung Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Moernadis, Jody. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian gulma. Jakarta: Rajawali Press
Mudjono, dkk.1991. hama Penting Tanaman
Pangan. Malang: Brawijaya Univercity
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta:
Penebar Swadaya
Semangun,H.
1991. Serangga. Yogyakarta: Gajah
Mada Univercity press
Siregar, Amelia, Zuliyanti. 2007. Hama-Hama
Tanaman Padi. Sumatra: USU press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar