Rabu, 20 Maret 2013

Laporan Praktikum Genetika Acara 3


Laporan Praktikum Genetika



Acara 3
Hukum Mendel II
Diah Kartika Sari
NPM:E1J011078
Shift : A.Rabu (12.00-14.00)
Kelompok 1


Universitas Bengkulu
Fakultas Pertanian
Laboratorium Agronomi
2012
BAB I
Pendahuluan
1.1 Dasar Teori
            Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas.
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru.(Kimball.1987).
            Pada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain,
digunakan untuk menumbuhkan karakter. Gen-gen itu mungkin terdapat pada
kromosom sama (berangkai), mungkin pula pada kromosom berbeda. Setelah
penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara bebas,
diketahui bahwa tidak semua keturuan yang bersegregasi dapat dipisahkan
menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman nisbah
genetika Mendel ini dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen, yaitu
pengaruh satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu
gen pada satu lokus terhadap gen pada lokus lain. (Crowder, 1993).
            Peristiwa dua gen atau lebih yang bekerjasama atau menghalang-halangi
dalam memperlihatkan fenotipe, disebut interaksi gen. Interaksi gen mula-mula
ditemukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R. C. Punnet (1906) pada
bentuk pial (jengger) ayam.
            Karena ada interaksi maka perbandingan fenotipe keturunan hibrid
menyimpang dari penemuan Mendel, disebut juga penyimpangan Hukum Mendel.
Peristiwa penyimpangan persilangan monohibrida dominan resesif menghasilkan
F2 dengan perbandingan dominan : resesif = 3 : 1, sedangkan dihibrida akan
menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pada kasus tertentu, perbandingan
tersebut tidak tepat sama dengan perbandingan tersebut. Misalnya, persilangan
monohibrida menghasilkan perbandingan 1 : 2 :1, sedangkan persilangan
dihibrida menghasilkan perbandingan 9 : 6 : 1 (Gen duplikat dengan efek
kumulatif) atau 15 : 1 (Polimeri atau Epistasis dominan duplikat). Kalau menurut
Mendel fenotipe F2 itu ada 4 kelas, tetapi karena ada interaksi susut menjadi 2
atau 3 kelas. (Yatim, 1986)
Prinsip Hukum Mendel
Hukum-hukum mendel merupakan prinsip dasar genetika. hukum Mendel
terdiri atas 2 hukum, yaitu:
1. Hukum Mendel I ( Hukum Pemisahan Mendel - Prinsip Segregasi - Hukum
    pemisahan gen sealel )
            a.Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel a                 memisah secara bebas.
            b.Berlaku untuk pembastaran dengan satu sifat beda (monohibridisasi), baik                         dominansi maupun intermediet.
2. Hukum Mendel II (Hukum Kebebasan Mendel = Prinsip berpasang-pasangan
    secara bebas)
            a. Dalam peristiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara              bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka       ragam.
            b. Berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda (dihibridisasi) atau lebih, baik               dominansi maupun intermediet. ( Yatim,1986 ).

            Untuk dapat menentukan apakah suatu fenomena terutama yang berkaitan dengan peristiwa penyimpangan hukum Mendel yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
            Untuk fo merupakan bentuk lain dari O (nilai observasi), sedangkan fe merupakan
bentuk lain dari E (Expectation / harapan). Jika nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel maka hipotesis diterima. Berlaku juga sebaliknya. (Welsh.1991).

            Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genesatau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan 9:3:3:1. Fenotif adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannyadengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.( Suryati, Dotti. 2007).

1.2 Tujuan Praktikum
            Menentukan dan mmbuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum mendel pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrida).


BAB II
Metode Penelitian
2.1  Alat dan Bahan
1. Kancing genetik empat warna
2. Dua buah stoples

2.2  Cara Kerja
1. Di ambil sepasang model gen merah,putih,kuning, dan hijau. Dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk biji keriput. Sedangkan warna gen kuning (K)adalah pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau (k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. Membuka pasangan gen tersebut diatas. Hal ini diumpamakan sebagai pemisah gen pada saat pembentukkan gamet dari kedua induk. Pada proses ini di asumsikan bahwa fertilisasi terjadi secara acak.
3. Menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. Membuat pasangan model gen untuk meneruskan macam gen yang terbentuk pada  
    F1.Harus diingat bahwa satu macam gen dianggap satu pasang gamet.
5. Membuat model gamet yang sama seperti diatas (langkah 4), masing masing 16.
6. Delapan pasang dari masing masing pasangan model gen (gamet) dimasukkan kedalam stoples 1 dan 8 pasang lagi ke stiples 2. Kocok atau aduk sehingga bercampur dengan baik.
7. Secara serentak dan acak,ambil model gamet dari masing masing stoples tersebut, kemudian pasangkan guna menentukan kombinasi genotipenya.
8. Mencatat hasil kombinasi yang didapatkan. Bila stoples I terambil model gen (gamet) pasangan putih-kuning (bK) dari stoples II merah-hijau (Bk), maka kombinasi genotipenya adalah BbKk,begitu seterusnya.
9. Pasangan yang diambil dikembalikan ke stoples masing masing dan lakukan pengambilan sebanyak 32 kali dan 64 kali.


BAB III
Hasil Pengamatan

Tabel 1.Nisbah Pengamatan Fenotipe
Fenotipe
Genotipe
Frekuensi Genotipe
Rasio Fenotipe
32x
64x
32x
64x
Bulat-Kuning
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
IIII
-
I
IIII
IIII I
IIII
IIII
IIII  IIII  IIII
11
30
Bulat-Hijau
BBkk
Bbkk
II
IIIII I
IIII
IIII IIII
8
12
Keriput-Kuning
bbKK
bbKk
IIII
IIII
IIII III
IIII  IIII  II
10
20
Keriput Hijau
bbkk
III
II
3
2
Total

32
64
32
64

Tabel 2.Perbandingan / nisbah fenotipe pengamatan / observasi (O) dan Nisbah
Harapan/teoritis/expected (E).
Fenotipe
Pengamatan
Harapan
Deviasi
32x
64x
32x
64x
32x
64x
Bulat-Kuning
11
30
18
36
-7
-6
Bulat-Hijau
8
12
6
12
2
0
Keriput-Kuning
10
20
6
12
4
8
Keriput Hijau
3
2
2
4
1
-2
Total
32
64
32
64
0
0






BAB IV
Pembahasan

            Dalam praktikum ini di lakukan percobaan untuk melakukan suatu hipotesis ditolak atau di terima dalam suatu percobaan. Yaitu dengan percobaan pengambilan satu kancing secara acak dalam stoples dengan dua fenotipe 32x dan 64x.
            Dari hasil yang telah didapatkan pada persilangan dihibrid yaitu dua sifat beda dengan menggunakan kancing genetik yang berjumlah empat warna dengan warna merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. Sedangkan warna gen kuning (K) adalah pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau (k) sebagai pembawa sifat untuk warna biji-hijau.Setelah dipilih secara acak untuk frekuensi genotype sebanyak 32 x, didapatkan fenotipe :
Bulat-Kuning dengan genotype          :(BBKK) :5
                                                              (BbKK) :1
                                                              (BBKk) :0
                                                              (BbKk) :5
Bulat-hijau dengan genotype              :(BBkk) :2
                                                              (Bbkk) :6
keriput-Kuning dengan genotype        :(bbKK) :5
                                                              (bbKk) :5
Keriput-hijau dengan genotype           :(bbkk) :3
Jadi, didapatkan rasio fenotipe secara berurutan, yaitu : 11 : 8 : 10 : 3 dengan total 32.

            Untuk pemilihan secara untuk frekuensi genotype sebanyak 64 x, maka didapatkan fenotipe :
Bulat-Kuning dengan genotype          : (BBKK) :6
                                                              (BbKK) :5
                                                              (BBKk) :4
                                                              (BbKk) :15
Bulat-hijau dengan genotype              :(BBkk) :6
                                                              (Bbkk) :9
Keriput-Kuning dengan genotype       : (bbKK) :8
                                                              (bbKk) :12
Keriput-hijau dengan genotype          : (bbkk) :2
Jadi, didapatkan rasio fenotipe secara berurutan, yaitu : 30 : 12 : 20 : 2 dengan total 64.
            Setelah hasil semua pengamatan telah didapatkan, lalu selanjutnya kita melakukan perbandingan dengan cara setiap pengamatan yang kita lakukan dikurang angka harapan pada setiap percobaan masing-masing sebanyak 32 x dan 64 x, maka didapatlah hasil deviasi.
            Hasil rasio fenotipe/pengamatan yang telah didapatkan tadi secara berurutan, maka didapatkan:
v  Untuk frekuensi genotype 32 x
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning              : 19 – 18 = 1
Bulat-hijau                  : 10 – 6 = 4
keriput-Kuning            : 2 – 6 = -4
keriput- hijau               : 1 – 2 = -1
Totalnya, didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi sehingga hasilnya 0.
v  Untuk frekuensi genotype 64 x
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning              : 34 – 36 = -2
Bulat-hijau                  : 14 – 12 = 2
keriput-Kuning            : 13 – 12 = -1
keriput- hijau               : 3 – 4 = -1
Totalnya, didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi sehingga hasilnya 0.








BAB V
Kesimpulan

1.Hukum Mendel II disebut hokum pengelompokan gen secara bebas..
2.Perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9:3:3:1..
3.Gen yang bersipat dominant akan menutupi gen yan g bersipat resesip.
4.Tujuan dari persilangan dua sipat beda adalah untuk mempelajari hubungan antara 
    pasangan-pasangan alela dari karekter tersebut.
      5.Hukum Mendel I disebut juga Hukum segregasi atau pemisahan gen sealel yang 
         menghasilkan perbandingan genotip F2 = 1 : 2 : 1. Sedangkan  Hukum Mendel II disebut
         juga Hukum Asortasi atau pengelompokan gen secara bebas yang menghasilkan  
         perbandingan genotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1.





Daftar Pustaka
Kimball, John W. 1987. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
            Welsh, James R and Johanis P. Mogea. 1991. Dasar – Dasar Genetika dan Pemuliaan   Tanaman. Jakarta : Erlangga.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi          Universitas Bengkulu.





















Jawaban Pertanyaan
1.     Ada berapa kombinasi genotype yang muncul dari persilangan tersebut ?
Jawab :
      Kombinasi yang muncul dari persilangan ini adalah 9, yaitu BBKK, BBKk, BbKK, BbKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk, bbkk.

2.     Tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh ?
Jawab :

      Pada rasio fenotipe 32 x.
Ø  Bulat-Kuning              : 11
Ø  Bulat-hijau                  : 8
Ø  Keriput-Kuning           : 10
Ø  Keriput-hijau               : 3

Pada rasio fenotipe 64 x.
Ø  Bulat-Kuning              : 30
Ø  Bulat-hijau                  : 12
Ø  Keriput-Kuning           : 20
Ø  Keriput-hijau               : 2



3.     Jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan di atas dengan kejadian di alam nyata ?
Jawab :
     Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Tujuan dari persilangan ini adalah mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter gen tersebut. Dalam kehidupan, prinsip persilangan ini sangat berperan penting dalam kehidupan bahwa setiap individu yang memiliki dua pasang atau dua sifat, maka sifat tersebut dapat diturunkan secara bebas dan tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain dan ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan, setiap organisme yang memiliki sifat atau gen berbeda tidak akan saling mempengaruhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar