Laporan
Praktikum Genetika
Acara 3
Hukum Mendel II
Diah
Kartika Sari
NPM:E1J011078
NPM:E1J011078
Shift : A.Rabu (12.00-14.00)
Kelompok 1
Universitas
Bengkulu
Fakultas
Pertanian
Laboratorium
Agronomi
2012
2012
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Dasar Teori
Persilangan dihibrid yaitu
persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II
yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara
bebas.
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas
pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat
dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk
biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan
biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila
tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk
empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK,
Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat
macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan
1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan
dua lainnya merupakan fariasi baru.(Kimball.1987).
Pada
beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain,
digunakan untuk menumbuhkan karakter.
Gen-gen itu mungkin terdapat pada
kromosom sama (berangkai), mungkin
pula pada kromosom berbeda. Setelah
penemuan Mendel dan penelitian awal
tentang pewarisan sifat secara bebas,
diketahui bahwa tidak semua keturuan
yang bersegregasi dapat dipisahkan
menjadi kelas-kelas yang jelas dengan
nisbah yang sederhana. Keragaman nisbah
genetika Mendel ini dapat dijelaskan
berdasarkan adanya interaksi gen, yaitu
pengaruh satu alel terhadap alel lain
pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu
gen pada satu lokus terhadap gen pada lokus lain.
(Crowder, 1993).
Peristiwa
dua gen atau lebih yang bekerjasama atau menghalang-halangi
dalam memperlihatkan fenotipe, disebut
interaksi gen. Interaksi gen mula-mula
ditemukan oleh William Bateson
(1861-1926) dan R. C. Punnet (1906) pada
bentuk pial (jengger) ayam.
Karena
ada interaksi maka perbandingan fenotipe keturunan hibrid
menyimpang dari penemuan Mendel,
disebut juga penyimpangan Hukum Mendel.
Peristiwa penyimpangan persilangan
monohibrida dominan resesif menghasilkan
F2 dengan perbandingan dominan :
resesif = 3 : 1, sedangkan dihibrida akan
menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 3 :
1. Pada kasus tertentu, perbandingan
tersebut tidak tepat sama dengan
perbandingan tersebut. Misalnya, persilangan
monohibrida menghasilkan perbandingan
1 : 2 :1, sedangkan persilangan
dihibrida menghasilkan perbandingan 9
: 6 : 1 (Gen duplikat dengan efek
kumulatif) atau 15 : 1 (Polimeri atau
Epistasis dominan duplikat). Kalau menurut
Mendel fenotipe F2 itu ada 4 kelas,
tetapi karena ada interaksi susut menjadi 2
atau 3 kelas. (Yatim, 1986)
Prinsip Hukum Mendel
Hukum-hukum mendel merupakan prinsip
dasar genetika. hukum Mendel
terdiri atas 2 hukum, yaitu:
1. Hukum Mendel I ( Hukum Pemisahan
Mendel - Prinsip Segregasi - Hukum
pemisahan gen sealel )
a.Dalam
peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel a memisah secara bebas.
b.Berlaku
untuk pembastaran dengan satu sifat beda (monohibridisasi), baik dominansi maupun intermediet.
2. Hukum Mendel II (Hukum Kebebasan
Mendel = Prinsip berpasang-pasangan
secara
bebas)
a.
Dalam peristiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang
muncul dalam keturunannya beraneka ragam.
b.
Berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda (dihibridisasi) atau lebih,
baik dominansi maupun intermediet. ( Yatim,1986
).
Untuk
dapat menentukan apakah suatu fenomena terutama yang berkaitan dengan peristiwa
penyimpangan hukum Mendel yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu,
perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan
terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan
terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan
frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Untuk
fo merupakan bentuk lain dari O (nilai observasi), sedangkan fe merupakan
bentuk lain dari E (Expectation /
harapan). Jika nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel maka hipotesis
diterima. Berlaku juga sebaliknya. (Welsh.1991).
Dalam hukum mendel II atau dikenal
dengan The Law of Independent assortmen of genesatau Hukum
Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet,
gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang
bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid,
yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang
berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid adalah
hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan 9:3:3:1. Fenotif
adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan
genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna,
bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan genetik dari suatu inidividu yang
ada hubungannyadengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.( Suryati, Dotti. 2007).
1.2 Tujuan
Praktikum
Menentukan
dan mmbuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum mendel pada persilangan
dengan dua sifat beda (dihibrida).
BAB
II
Metode
Penelitian
2.1 Alat
dan Bahan
1.
Kancing genetik empat warna
2.
Dua buah stoples
2.2 Cara
Kerja
1. Di ambil sepasang model gen merah,putih,kuning, dan
hijau. Dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk biji bulat dan
dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk biji keriput. Sedangkan warna
gen kuning (K)adalah pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap
warna hijau (k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. Membuka pasangan gen tersebut diatas. Hal ini
diumpamakan sebagai pemisah gen pada saat pembentukkan gamet dari kedua induk.
Pada proses ini di asumsikan bahwa fertilisasi terjadi secara acak.
3. Menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. Membuat pasangan model gen untuk meneruskan macam gen
yang terbentuk pada
F1.Harus
diingat bahwa satu macam gen dianggap satu pasang gamet.
5. Membuat model gamet yang sama seperti diatas (langkah
4), masing masing 16.
6. Delapan pasang dari masing masing pasangan model gen
(gamet) dimasukkan kedalam stoples 1 dan 8 pasang lagi ke stiples 2. Kocok atau
aduk sehingga bercampur dengan baik.
7. Secara serentak dan acak,ambil model gamet dari masing
masing stoples tersebut, kemudian pasangkan guna menentukan kombinasi
genotipenya.
8. Mencatat hasil kombinasi yang didapatkan. Bila stoples
I terambil model gen (gamet) pasangan putih-kuning (bK) dari stoples II
merah-hijau (Bk), maka kombinasi genotipenya adalah BbKk,begitu seterusnya.
9. Pasangan yang diambil dikembalikan ke stoples masing
masing dan lakukan pengambilan sebanyak 32 kali dan 64 kali.
BAB
III
Hasil
Pengamatan
Tabel 1.Nisbah Pengamatan
Fenotipe
Fenotipe
|
Genotipe
|
Frekuensi
Genotipe
|
Rasio
Fenotipe
|
||
32x
|
64x
|
32x
|
64x
|
||
Bulat-Kuning
|
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
|
IIII
-
I
IIII
|
IIII I
IIII
IIII
IIII IIII
IIII
|
11
|
30
|
Bulat-Hijau
|
BBkk
Bbkk
|
II
IIIII I
|
IIII
IIII IIII
|
8
|
12
|
Keriput-Kuning
|
bbKK
bbKk
|
IIII
IIII
|
IIII III
IIII IIII
II
|
10
|
20
|
Keriput
Hijau
|
bbkk
|
III
|
II
|
3
|
2
|
Total
|
|
32
|
64
|
32
|
64
|
Tabel 2.Perbandingan / nisbah
fenotipe pengamatan / observasi (O) dan Nisbah
Harapan/teoritis/expected (E).
Fenotipe
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
|||
32x
|
64x
|
32x
|
64x
|
32x
|
64x
|
|
Bulat-Kuning
|
11
|
30
|
18
|
36
|
-7
|
-6
|
Bulat-Hijau
|
8
|
12
|
6
|
12
|
2
|
0
|
Keriput-Kuning
|
10
|
20
|
6
|
12
|
4
|
8
|
Keriput
Hijau
|
3
|
2
|
2
|
4
|
1
|
-2
|
Total
|
32
|
64
|
32
|
64
|
0
|
0
|
BAB
IV
Pembahasan
Dalam praktikum ini di lakukan
percobaan untuk melakukan suatu hipotesis ditolak atau di terima dalam suatu
percobaan. Yaitu dengan percobaan pengambilan satu kancing secara acak dalam
stoples dengan dua fenotipe 32x dan 64x.
Dari hasil yang telah didapatkan pada persilangan dihibrid yaitu dua sifat beda
dengan menggunakan kancing genetik yang berjumlah empat warna dengan warna
merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b)
pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. Sedangkan warna gen kuning (K) adalah
pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau (k)
sebagai pembawa sifat untuk warna biji-hijau.Setelah
dipilih secara acak untuk frekuensi genotype sebanyak 32 x, didapatkan fenotipe
:
Bulat-Kuning
dengan genotype :(BBKK) :5
(BbKK) :1
(BBKk) :0
(BbKk) :5
Bulat-hijau
dengan genotype
:(BBkk) :2
(Bbkk) :6
keriput-Kuning
dengan genotype :(bbKK)
:5
(bbKk) :5
Keriput-hijau
dengan genotype :(bbkk) :3
Jadi,
didapatkan rasio fenotipe secara berurutan, yaitu : 11 : 8 : 10 : 3 dengan total 32.
Untuk pemilihan secara untuk frekuensi genotype sebanyak 64 x, maka didapatkan
fenotipe :
Bulat-Kuning
dengan genotype : (BBKK) :6
(BbKK) :5
(BBKk) :4
(BbKk) :15
Bulat-hijau
dengan genotype
:(BBkk) :6
(Bbkk) :9
Keriput-Kuning dengan
genotype : (bbKK) :8
(bbKk) :12
Keriput-hijau
dengan genotype : (bbkk)
:2
Jadi,
didapatkan rasio fenotipe secara berurutan, yaitu : 30 : 12 : 20 : 2 dengan total 64.
Setelah hasil semua pengamatan telah didapatkan, lalu selanjutnya kita melakukan perbandingan dengan cara setiap pengamatan yang
kita lakukan dikurang angka harapan pada setiap percobaan masing-masing
sebanyak 32 x dan 64 x, maka didapatlah hasil deviasi.
Hasil rasio fenotipe/pengamatan yang telah didapatkan tadi secara berurutan,
maka didapatkan:
v Untuk frekuensi genotype 32 x
Fenotipe :
Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning
: 19 – 18 = 1
Bulat-hijau
: 10 – 6 = 4
keriput-Kuning
: 2 – 6 = -4
keriput-
hijau
: 1 – 2 = -1
Totalnya,
didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi sehingga hasilnya 0.
v Untuk frekuensi genotype 64 x
Fenotipe :
Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning
: 34 – 36 = -2
Bulat-hijau
: 14 – 12 = 2
keriput-Kuning
: 13 – 12 = -1
keriput-
hijau
: 3 – 4 = -1
Totalnya,
didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi sehingga hasilnya 0.
BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan
1.Hukum Mendel II disebut hokum pengelompokan gen secara bebas..
2.Perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9:3:3:1..
3.Gen yang bersipat dominant akan menutupi gen yan g bersipat resesip.
4.Tujuan dari persilangan dua sipat beda adalah untuk mempelajari hubungan antara
pasangan-pasangan alela dari karekter tersebut.
5.Hukum Mendel I disebut juga Hukum
segregasi atau pemisahan gen sealel yang
menghasilkan perbandingan genotip F2
= 1 : 2 : 1. Sedangkan Hukum Mendel II disebut
juga Hukum Asortasi atau pengelompokan
gen secara bebas yang menghasilkan
perbandingan genotip F2 = 9
: 3 : 3 : 1.
Daftar Pustaka
Kimball,
John W. 1987. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika.
Bandung: TARSITO.
Welsh, James R and Johanis
P. Mogea. 1991. Dasar – Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Erlangga.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab.
Agronomi Universitas Bengkulu.
Jawaban
Pertanyaan
1. Ada berapa kombinasi genotype
yang muncul dari persilangan tersebut ?
Jawab :
Kombinasi yang muncul dari persilangan ini
adalah 9, yaitu BBKK, BBKk, BbKK, BbKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk, bbkk.
2. Tulis perbandingan fenotipe
yang diperoleh ?
Jawab :
Pada rasio fenotipe 32 x.
Ø Bulat-Kuning
: 11
Ø Bulat-hijau
: 8
Ø Keriput-Kuning
: 10
Ø Keriput-hijau
: 3
Pada rasio fenotipe 64 x.
Ø Bulat-Kuning
: 30
Ø Bulat-hijau
: 12
Ø Keriput-Kuning
: 20
Ø Keriput-hijau
: 2
3. Jelaskan prinsip persilangan
yang dilakukan di atas dengan kejadian di alam nyata ?
Jawab :
Persilangan dihibrid adalah
persilangan dengan dua sifat beda. Tujuan dari persilangan ini adalah
mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter gen tersebut.
Dalam kehidupan, prinsip persilangan ini sangat berperan penting dalam
kehidupan bahwa setiap individu yang memiliki dua pasang atau dua sifat, maka
sifat tersebut dapat diturunkan secara bebas dan tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain dan ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan, setiap organisme
yang memiliki sifat atau gen berbeda tidak akan saling mempengaruhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar