Laporan
Praktikum Genetika
Acara 1
Hukum Mendel I
Diah
Kartika Sari
NPM:E1J011078
NPM:E1J011078
Shift : Rabu (12.00-14.00)
Kelompok 1
Laboratorium
Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2012
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Pendahuluan
Dalam hukum mendel I yang
dikenal dengan The Law of Segretation
of Allelic Genesatau Hukum
Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet,
pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat
ketika pembetukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga
tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini disebut juga hukum
segregasi yang berdasarkan percobaan persilangandua individu yang mempunyai
satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat
beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 1:2:1, yaitu ekspresi gen dominan
resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang individu hasil perkawinan tidakdidominasi
oleh salah satu induknya. Dengan kata lain, sifat dominasitidak muncul secara
penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermediet.(Suryo,2008).
Hukum Mandel I juga berlaku pada gametogenesis F1. F1
yaitu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari,
terbentuk 2 macam gamet. Maka jika terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1)
terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Hukum Mendel I di sebut juga dengan hukum Segregasi.
Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling
berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap satu set kromosom itu terkandung di
dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai
segregasi bebas. Hukum Mendel I ini mengkaji tentang persilangan monohibrid.
(Syamsuri, 2004:101).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)
1.2 Tujuan Praktikum
·
Mencari
angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.
·
Menemukan
nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
·
Memahami
pengertian dominan, resesif, genotif, fenotif.
BAB
II
Metode
Penelitian
2.1 Alat Dan
Bahan
·
Model gen
(kancing genetic) warna merah sebanyak 15 pasang.
·
Model gen
(kancing genetic) warna putih sebanyak 15 pasang.
·
Dua buah
stoples
2.2
Cara Kerja
1. Mengambil model gen merah dan
putih, masing-masing 15 pasang atau 30 biji (15 jantan dan 15
betina).
2. Menyisisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan
2. Menyisisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan
berpasangan. Ini dimisalkan
individu merah dan individu putih.
3. Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada
3. Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada
pembentukan gamet, baik oleh
individu merah dan individu putih.
4. Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan
4. Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan
sebaliknya. Ini menggambarkan
hasil silangan atau F1, keturunan individu merah
dan individu putih.
5. Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini
5. Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini
menggambarkan pemisahan gen
pada pembentukan gamet F1.
6. Selanjutnya memasukkan semua model gen jantan baik merah maupun putih ke
6. Selanjutnya memasukkan semua model gen jantan baik merah maupun putih ke
dalam stoples jantan dan model
gen betina baik merah maupun putih ke dalam
stoples betina.
7. Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut
7. Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut
ambillah secara acak dari
masing-masing stoples, kemudian memasangkan.
8. Melakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan
8. Melakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan
mencatat setiap pasang gen yang
terambil ke dalam label pencatatan.
9. Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam
9. Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam
stoples masing-masing untuk
selanjutnya mendapat kesempatan terambil kembali.
Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, dan 60x.
Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, dan 60x.
BAB III
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-Merah
|
IIII I
|
6
|
2
|
Merah-Putih
|
IIII IIII I
|
11
|
3
|
Putih-Putih
|
III
|
3
|
Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-Merah
|
IIII
IIII
|
10
|
2
|
Merah-Putih
|
IIII
IIII IIII IIII III
|
23
|
3
|
Putih-Putih
|
IIII III
|
8
|
Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan
60x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-Merah
|
IIII IIII IIII III
|
10
|
2
|
Merah-Putih
|
IIII
IIII IIII IIII IIII
|
23
|
3
|
Putih-Putih
|
IIII
IIII III
|
8
|
Tabel 4. Perbandingan / nisbah Fenotip
pengamatan / Observasi (O) dan nisbah harapan / teoritis / expected (E) untuk
pengambilan 20x
No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi=O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
1
|
Merah
|
17
|
15
|
2
|
2
|
Putih
|
3
|
5
|
-2
|
3
|
Total
|
20
|
20
|
0
|
Tabel 5. Perbandingan / nisbah Fenotip
pengamatan / Observasi (O) dan nisbah harapan / teoritis / expected (E) untuk
pengambilan 40x
No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi=O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
1
|
Merah
|
33
|
30
|
3
|
2
|
Putih
|
7
|
10
|
-3
|
3
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
Tabel 6. Perbandingan / nisbah Fenotip
pengamatan / Observasi (O) dan nisbah harapan / teoritis / expected (E) untuk
pengambilan 60x
No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi=O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
1
|
Merah
|
42
|
45
|
3
|
2
|
Putih
|
18
|
15
|
-3
|
3
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
BAB IV
Pembahasan
Dalam percobaan hukum Mendel I,
dilakukan persilangan monohibrid yaitu warna biji. Warna biji merah (MM)
bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetic warna merah, dan warna
biji putih (mm) bersifat resesif disimbolkan dengan kancing genetic warna
putih.
Persilangan antara kancing merah (MM) dengan kancing putih (mm) diperoleh F1 yang 100% berwarna marah (Mm). Karena kancing merah bersifat dominant. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya (F1), maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). Menurut hukum Mendel I, perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 20x diperoleh data, yaitu untuk warna merah-merah sebanyak 6 kali, warna merah-putih sebanyak 11 kali, dan warna putih-putih sebanyak 3 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 6:11:3 yang mendekati angka ratio 1:2:1. Dengan deviasi 2 untuk merah, -2 untuk putih. Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya harapan.
Untuk pengambilan 40x diperoleh data, yaitu untuk warna merah-merah sebanyak 10 kali, warna merah-putih sebanyak 23 kali, dan warna putih-putih sebanyak 7 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 10:23:7 yang mendekati angka ratio 1:2:1. Dengan deviasi -1 untuk merah, dan 1 untuk putih.
Untuk pengambilan 60x diperoleh data, yaitu untuk warna merah-merah sebanyak 18 kali, warna merah-putih sebanyak 24 kali, dan warna putih-putih sebanyak 18 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 18:24:18 yang mendekati angka ratio 1:2:1. Dengan deviasi -2 untuk merah,dan 2 untuk putih.
Kalau nilai deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Tapi kalau perbangdingan o/e makin menjauhi angka 1, data itu buruk, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh faktor lain.
Dari hasil
percobaan yang dilakukan, didapat perbandingan fenotif yaitu1:2:1
(1MM:2Mm:1mm). Kancing bergenotif MM dan Mm katanya berfenotif sama, yaitu
merah. Karakter m untuk putih karena resesif, ditutupi oleh M yang menumbuhkan
karakter merah. Jadi karakter merah dominant. Dengan demikian terbukti bahwa
untuk persilangan monohibrid diperoleh perbandingan fenotipe 3:1.
P : MM x mm
(merah) (putih)
Gamet : M m
F1 : Mm
(merah)
F1 x F1 : Mm x Mm
Gamet : M, m M, m
F2 : MM Mm Mm mm
(merah) (merah) (merah) (putih)
P : MM x mm
(merah) (putih)
Gamet : M m
F1 : Mm
(merah)
F1 x F1 : Mm x Mm
Gamet : M, m M, m
F2 : MM Mm Mm mm
(merah) (merah) (merah) (putih)
BAB V
Penutup
5.1
Kesimpulan
·
Deviasi
menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya harapan.
·
Deviasi
mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif
tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Pada pengambilan 40x
devisinya 1.
·
Gen merah
bersifat dominant terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen
merah karena gen putih bersifat resesif.
·
Pada F1
menghasilkan semuanya (100%) merah. Sedangkan pada F2, persilangan antara F1xF1
maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu merah-merah, merah-putih, dan
putih-putih. Dengan genotif untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih
(mm). dengan perdandingan fenotif 1:2:1.`
·
Perbandingan
fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah
dominant.
·
Persilangan
monohybrid menghasilkan rasio genotip 1:2:1 sedan rasio fenotipnya 3:1.
Jawaban Pertanyaan
1. Berapa macam pasangan genotif yang anda peroleh?
Jawaban:
Ada tiga macam, yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-
putih
(mm)
3. Berapa perbandingannya?
Jawaban:
1 : 2 : 1
Yaitu 1 MM : 2 Mm : 1 mm
4. Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotif yang anda peroleh?
Jawaban:
3 dominan (MM atau Mm) : 1 resesif (mm) atau
3 merah : 1 putih
5. Apa yang dapat Anda simpulkan dari percobaan Model ini?
Jawaban:
Percobaan ini menghasilkan genotif yaitu merah-merah, merah-putih dan
putih-putih.
Dan perbandingan fenotifnya yaitu MM, Mm, mm (1:2:1) untuk
F2.
sedangkan pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Dapat
disimpulkan
bahwa gen merah dominant, dan gen putih resesif. Perbandingan
fenotipe
untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena gen merah
dominan.
Daftar Pustaka
http://www.riobelajar.co.cc/2012/03/berbagai-tingkatan-keanekaragaman.html
http://www.scribd.com/doc/27992718/Praktikum-Vii-Genetika-Topik-Tujuan-Persilangan
Suryo.2008.Genetika Strata I.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar
Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar