LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH
ACARA 1 DAN 2
PENETAPAN
TEKSTUR,STRUKTUR DAN KOSISTENSI TANAH
PENGAMBILAN
CONTOH DAN PEREPARAT TANAH
DI SUSUN OLEH :
NAMA :
DIAH KARTIKA SARI
NPM :
E1J011078
CO-ASS :
- ATRI NOPRI JAYANTI
-HENRI GUNAWAN
SHIFT/TANGGAL :KAMIS/JAM 08.00
LABORATORIUM
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang
memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam
mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan
dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia
dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian
pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian
dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam
tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada
setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah
maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa
tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah
komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya
analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ). Adalagi
contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh
tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh
tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan
contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh
tanah terganggu.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah :
ü Untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa
jenis tanah pada setiap lapisan atau horison
ü Mengambil contoh tanah di lapangan untuk
dianalisis di laboratoirum.
ü Menyiapkan contoh tanah sebelum dianalisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa macam
definisi tanah, menurut Joffe dan Marbut ( ahli ilmu tanah dari USA ), tanah adalah tubuh alam
(natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya
gaya-gaya alam atau natural forces terhadap bahan-bahan alam (natural material
) dipermukaan bumi.
Tanah tersusun atas : bahan mineral, udara dan air
tanah. Susunan utama tanah berdasarkan volume dari jenis tanah dengan tekstur
berlempung, berdebu dengan catatan tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu udara
25 %, air 25 %, mineral 45 % dan bahan organik 5 %.
Horison adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk
karena hasil dari proses pembentukkan tanah. Horison-horison yang menyusun
profil tanah dari atas ke bawah adalah :
a.
Horison O
Horison ini ditemukan pada tanah di dalam hutan yang
belum terganggu dan merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan
mineral. Horison ini terdiri dari horison O1 yang mana bentuk asli
sisa-sisa tanaman masih dapat dibedakan dengan jelas dan O2 dimana
sisa-sisa tanaman tidak dapat dibedakan dengan jelas.
b.
Horison A
Horison A nerupakan horison yang berada di permukaan
tanah yang terdiri atas campuran antara bahan organik dan bahan mineral dan
merupakan horison pencucian atau eliviasi dari bahan-bahan seperti liat,
asam-asam organik serta kation-kation terutama Ca, K, Na dan Mg.
c.
Horison C
Horison ini merupakan lapisan bahan induk tanah yang
telah mengalami pelapukan. Proses pelapukkan yang terjadi pada horison ini baru
pada tahap pelapukan fisik dan belum mengalami perubahan secara kimiawi.
Pengaruh mahluk hidup belum mencapai horison ini.
d.
Horison D
atau R
Horison merupakan sumber bahan penyusun tanah yang
sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk.
Tanah yang berkembang dengan berbagai proses
tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Perbedaan itu meliputi :
perbedaan sifat profil tanah seperti dan susunan horison, kedalaman solum
tanah, kandungan bahan-bahan organik dan liat,
Kandungan air dan sebagainya.
Batas suatu horison dengan horison lain dalam suatu
profil tanah dapat dilihat dengan jelas atau baur. Disamping itu bentuk
topografi dan batas horison dapat rata, berombak. Tidak teratur dan terputus.
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, penyebab perbedaan
warna pada umumnya karena perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi
kandungan bahan organik maka warna tanah akan semakin gelap, warna tanah
ditentukan dengan menggunakan warna baku dalam
buku “Munsell Soil Color Chart” dalam
warna baku disusun oleh 3 variabel yaitu Hue, Value dan Chroma.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
Berdasarkan perbandingan butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke
dalam beberapa macam kelas tekstur yaitu :
Ø
Kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung
Ø
Agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan
lempung berpasir halus.
Ø
Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung,
lempung bedebu dan debu
Ø
Agak halus : lempung liat, lempung liat
berpasir, dan lempung liat berdebu.
Ø
Halus : liat berpasir, liat berdebu dan liat.
Untuk mengukur biasanya digunakan segitiga tekstur
tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir tanah. Gumpalan
struktur terjadi karena butir-butir pasir pasir, debu dan liat terikat satu
sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksidasi dan lain-lain.
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya adhesi
butir tanah dengan benda lain.
Bulk density, menunjukkan perbandingan antara berat
tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah. Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi
bahan padat tanah ( terisi oleh udara dan air ). Terbagi atas pori makro dan mikro. Cole merupakan sifat
mengembang ( bila basah ) dan mengerut ( bila
kering ). Nilai-Nematoda merupakan nilai untuk menunjukkan tingkat
kematangan tanah. Sifat – sifat lain dari tanah yaitu keadaan batuan pada ( pan
), kedalaman efektif dan lereng
BAB III
METODELOGI
3.1 Bahan
dan alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah parang, cangkul, meteran, pisau lapang, buku standar warna,
daftar isian alat tulis, aquades, kantong plastik, ring sampel, lem, lebel,
kertas koran, tampir atau nyiru, lumpang dan ayakan 2 dan 0,5 mm.
3.2 Metode dan cara kerja
Metode yang digunakan adalah terjun langsung ke lapang. Adapun cara kerja
adalah :
Ø
Dipilih tempat yang sesuai untuk pembuatan
profil, dibersihkan dari vegetasi yang menutupi permukaan.
Ø
Dibuat lubang profil. Penampang pengamatan
sebaiknya sebelah atas lereng sinar matahari.
Ø
Pengamatan jangan dilakukan pada waktu hujan, disemprotkan
bagian kering dengan aquades dan terkena Menentukan batas lapisan (horison )
dengan menusuk profil pada sisi pengamatan dengan pisau lapang dambil meremas
gumpalan tanah ditangan kiri atau dengan cara memukul-mukul untuk mengetahui
perbedaan bunyinya.
Ø
Diperhatikan perbedaan warna, tekstur dan
kepadatan lapisan kemudian diukur kedalaman masing-masing horison dari atas ke
bawah.
Ø
Digunakan kriteria penilaian kemudian diisi
tabel isian di buku penuntun praktikum
Ø
Untuk pengambilan contoh tanah dilakukan dengan
pisau lapang sebanyak 2 kg pada masing-masing horison dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik, diberi label dan keterangan lalu ikat dengan karet
Ø
Untuk pengambilan contoh tanah utuh dilakukan
dengan bantuan ring sampel.
Ø
Dimasukkan ring sampel pelan-pelan, ditekan
dengan menggunakan papan datar lalu dikeluarkan. Masukkan ke dalam plastic dan
diberi label.
Ø
Untuk persiapan preparat, kita keringkan udara
tanah terganggu diatas tanpir yang telah dialasi dengan koran. Bongkah tanah
yang besar dikecilkan, sisa tumbuhan, akar dan batuan dipisahkan lalu tata
dengan baik.
Ø
Dikering anginkan selama 2-3 hari
Ø
Setelah kering tanah ditumbuk dan diayak dengan
ayakan. Tanah ini disimpan dalam kantong plastik yang telah diberi label,
sisanya dalam kantong plastik dengan kode yang sama. Tanah ini digunakan untuk
analisis berat jenis, kadar air, kering angin, tekstur dan DHL.
Ø
Diambil contoh tanah secukupnya lalu diayak dengan ayakan. Disimpan
dalam kantong plastik dan diberi label. Tanah ini digunakan untuk analisis
bahan organik
Ø
Disimpan tanah dalam ring sampel analisis bahan
organik. Pengukuran tanah ini digunakan untuk konduktivitas hidrolika, tanah
jenuh, berat volume dan kadar lengas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil praktikum yang saya dapat adalah :
¨
Lokasi Pengamatan : Depan Lab Agro
¨
Profil nomor :
02
¨
Bahan
induk :
¨
Tumbuhan :
Akasia Mangium
¨
Posisi tanah :
Summit
¨
Kelembaban :
Kering
¨
Kelerengan (%) :
0-3%
¨
Drainase :
Buruk
¨
Tingkat erosi :
Kecil
¨
Pemerian oleh :
Diah Kartika Sari
4.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil
praktikum yang telah dilakukan dilokasi Depan Lab Agronomi, tanaman atau tumbuhan yang
hidup diatasnya kebanyakan semak-semak dan akasia. Horison yang ditemukan pada praktikum ini ada
4 yaitu horison O, A horison peralihan,
Horison B, Dan horison C.Pembahasan masing-masing horison adalah sebagai
berikut :
Horison O ( 0 - 3 cm )
Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri
dari campuran bahan organik dan bahan mineral dan horison eluviasi ( horison
yang mengalami pencucian ) terhadap liat, Fe, Ai dan bahan organik. Horison ini
memiliki kedalaman 0-16 cm yang terletak atau batas horison atas dan jelas.
Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah
Hitam dan merah artinya kandungan bahan organiknya lumayan banyak. Pada tanah
ini drainasenya tidak begitu baik. Tekstur tanah adalah pasir berdebu. Struktur
tanahnya : Granular, dimana tingkat perkembangan tanah lemah ( butir struktur
tanah mudah hancur ), bulat dan porous. Konsentrasi tanah pada horison, O bersifat agak pelastis, perakaran 30 %
dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.
Horison A (16 cm)
Merupakan horizon dipermukaan tanah yang terdiri
dari campuran bahan organic dan mineral. Horison ini memiliki kedalaman 16 cm.
Warna tanah yang ditemukan adalah red
(merah).
Konsistensi, agak lunak,struktur tanahnya crum dan
konsistensinya agak lunak sehingga mudah diolah, dan teksturnya liat berdebu
tanah ini tidak melekat pada alat pengolah tanah yang bersifat plastis.
Perakaran 10 % dengan batasan horizon yang kurang jelas gelombangnya.
Horison B (34 cm)
Merupakan horison iluviasi dari bahan yang tercuci
diatasnya ( liat, Fe, Al, bahan organik ). Peralihan dari horison A ke
Bahan-bahan lebih menyerupai B. warna tanah yellowish red. Teksturnya adalah clay
loum, yang cirinya adalah rasa halus, agak licin, , dapat dibentuk bola .
Strukturnya adalah angler blocky. Bahan-bahan
dengan iklim basah. Konsistensi gembur; mudah diolah, tingkat porositasnya
relaitf tinggi. Perakaran 50 %.
Konsistensinya bersifat plastis dengan batas horizon yang
tidak jelas bergelombang.
Horison c ( 88 cm)
Warna tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat
artinya rasa halus dengan debu.
Struktur tidak ada perakaran 1 %. Konsistensinya
bersifat sangat plastis dengan batasan horizon tidak jelas bergelombang yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus
tanah.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah profil
tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan
horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1,
A2, A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2,
B3 ) serta ditambah dengan horison C dan horison Reaksi yang kedua
horison ini kami temukan dalam praktikum dan tanah terdiri dari hasil
pelapukkan batuan yang bercampur dengan bahan organik.
Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang
berbeda akan mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat
fisik tanah pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah,
struktur tanah, konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase
tanah, Bulk density cole serta keadaan perakaran dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
v
Tim pengasuh Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
2012. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Lab. Ilmu Tanah. Fakultas pertanian . Universitas
Bengkulu. Bengkulu.
v Soeparti,
Goeswono. 1983. Sifat Dan Ciri Tanah.
IPB. Bogor
v Hakim,
Nurhayati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Universitas Lampung. Lampung
v Harejowigeno,
Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Cv.
Akademika Pressindo. Jakarta
v Abdula.
2006. Ilmu Tanah. Swadaya; Jakarta.
v Suharti.
2004. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Faperta Unib; Bengkulu.